Mengenal Allah SWT
Tafsir Surat Al-Hasyr ayat 22-24 dan Ar-Ruum ayat 22-25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk yang diberi akal yang sempurna, tatkala akal membawa kepada sesuatu yang diinginkan. Tetapi alangkah baiknya digunakan kepada sesuatu yang akan memberikan mamfaat salah satunya untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT. Manusia akan hidup lurus apabila dia mampuh menggunakan akalnya untuk mengetahui siapa dirinya. Yang akhirnya akan sampai kepada zat yang menciptakannya yaitu Allah SWT. Inilah yang menjadi persoalan bahwa manusia kebanyakan lupa kepada dzat yang menciptakannya yaitu Allah SWT.
Fenomena yang terjadi sekarang bahwa manusia hidup kebanyakan dengan moral yang kurang sempurna. Yaitu hal yang tidak sejalan dengan aturan Agama Islam. Ini dikarenakan kurang mengenal dirinya sendiri atau dengan kata lain tidak mengetahui jati dirinya sendiri. Orang yang mengenali Allah dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam bentuk ibadah. Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin shalat, pada saat lain kita dapati ia senantiasa berdzikir, tilawah, belajar, pelayan masyarkat, dermawan, dst. Tidak ada ruang hanya waktu ibadah kepada Allah.
Ada sebagian ulama yang mengatakan : “Duduk di sisi orang yang mengenali Allah akan mengajak kita kepada enam hal dan berpaling dari enam hal, yaitu : dari ragu menjadi yakin, dari riya menjadi ikhlash, dari ghaflah (lalai) menjadi ingat, dari cinta dunia menjadi cinta akhirat, dari sombong menjadi tawadhu’ (randah hati), dari buruk hati menjadi nasehat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat Al-Hasyr Ayat 22-24 Dan Surat Ar-Rum Ayat 22-25.
1. Surat Al-Hasyr Ayat 22-24
uqèd ª!$# Ï%©!$# Iw tm»s9Î) wÎ) uqèd ( ÞOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»yg¤±9$#ur ( uqèd ß`»oH÷q§9$# ÞOÏm§9$# ÇËËÈ uqèd ª!$# Ï%©!$# Iw tm»s9Î) wÎ) uqèd à7Î=yJø9$# â¨rà)ø9$# ãN»n=¡¡9$# ß`ÏB÷sßJø9$# ÚÆÏJøygßJø9$# âÍyèø9$# â$¬6yfø9$# çÉi9x6tGßJø9$# 4 z`»ysö6ß «!$# $£Jtã cqà2Îô³ç ÇËÌÈ uqèd ª!$# ß,Î=»yø9$# äÍ$t7ø9$# âÈhq|ÁßJø9$# ( ã&s! âä!$yJóF{$# 4Óo_ó¡ßsø9$# 4 ßxÎm7|¡ç ¼çms9 $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( uqèdur âÍyèø9$# ÞOÅ3ptø:$# ÇËÍÈ
Artinya:
22. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
23. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
24. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
2. Surat Ar-Ruum Ayat 22-25
ô`ÏBur ¾ÏmÏG»t#uä ß,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ß#»n=ÏG÷z$#ur öNà6ÏGoYÅ¡ø9r& ö/ä3ÏRºuqø9r&ur 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ;M»tUy tûüÏJÎ=»yèù=Ïj9 ÇËËÈ ô`ÏBur ¾ÏmÏG»t#uä /ä3ãB$uZtB È@ø©9$$Î/ Í$pk¨]9$#ur Nä.ät!$tóÏGö/$#ur `ÏiB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 4 cÎ) Îû Ï9ºs ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 cqãèyJó¡o ÇËÌÈ ô`ÏBur ¾ÏmÏG»t#uä ãNà6Ìã s-÷y9ø9$# $]ùöqyz $YèyJsÛur ãAÍit\ãur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ¾Çósãsù ÏmÎ/ ßöF{$# y÷èt/ !$ygÏ?öqtB 4 cÎ) Îû Ï9ºs ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 cqè=É)÷èt ÇËÍÈ ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»t#uä br& tPqà)s? âä!$yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur ¾ÍnÌøBr'Î/ 4 §NèO #sÎ) öNä.$tãy Zouqôãy z`ÏiB ÇÚöF{$# !#sÎ) óOçFRr& tbqã_ãørB ÇËÎÈ
Artinya:
22. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
23. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
24. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.
25. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).
B. Pengertian Mengenal Allah SWT
Mengenal Allah juga bisa disebut juga dengan Ma’rifatullah yaitu berasal dari kata ma’rifah dan Allah. Ma’rifah berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaranNya (ayat-ayatNya). Mengenal Allah merupakan tahapan penting perjalanan diri Manusia. Salah satu Hadis yang terkenal dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. adalah "Man 'Arofa nafsahu, Faqod Arofa Robbahu" Artinya "Barang siapa mengenal dirinya maka, ia akan mengenal Tuhannnya".Makna dari hadis ini, bersesuaian dengan ungkapan dalam Al-Qur'an"Wallaahu bi kulli Syai'in 'Aliima" Artinya "dan Allah mengetahui segala sesuatu". dari dua pernyataan ini, bisa kita pahami bahwa:
1. Manusia Hidup di dunia ini harus memiliki panduan kehidupan agar dirinya tidak mengalami kebingungan.
2. Panduan kehidupan yang harus dicari oleh manusia, terdapat dalam dirinya sendiri.
3. Panduan yang dimaksud dalam poin kedua adalah panduan fitrah dan Suara Hati manusia
4. Jika manusia mau mengerti dan memahami segala apa yang ada dalam dirinya adalah pemberian sang Maha Kuasa maka, seharusnya manusia harus berterima kasih pada sang pemberi itu (Allah SWT)
5. Membuktikan kebenaran ilmu dan pemahaman yang dimiliki tentang sang Pencipta agar manusia tidak merasa ragu dan bingung dalam memahami kehidupan.
C. Tafsir Surat Al-Hasyr Ayat 22-24
هُوَ اللَّهُ الَّذي لا إِلهَ إِلاَّ هُوَ
"Dialah Allah! Yang tiada Tuhan melainkan Dia." (pangkal ayat 22). Inilah pokok pegangan orang pertama dan utama. Segala perhatian dan ingatan ditujukan kepadaNya, Allah Tuhan Yang Satu.
عالِمُ الْغَيْبِ وَ الشَّهادَةِ
"Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata.''
Oleh karena Allah itu meliputi akan segala ruang dan segala waktu, niscaya bagi Allah sama saja diketahuinya yang ghaib dan yang nyata.
Sedang bagi kita sebagai makhluk lebih banyaklah yang ghaib daripada yang nyata. Bahkan apa yang disangka nyata itu, bagi kita pun masih ghaib.
Apa yang tidak nampak oleh mata kita dan tidak kedengaran oleh telinga kita, adalah ghaib bagi kita. Lebih banyak bahagian dalam batang tubuh kita sendiri yang ghaib bagi kita.
Apa yang ada di belakang dinding rumah kita ghaib bagi kita. Apa yang ada di belakang kita ghaib bagi kita. Zaman yang dahulu sebelum kita lahir, ghaib bagi kita. Zaman depan setelah kita meninggal dunia ini kelak ghaib bagi kita. Apa yang terpendam dalam bumi di bawah kita? Apa yang terkandung dalam bintang-bintang yang bertebaran di langit di atas kepala kita? Bagaimana rupa dari nenek kita yang telah meninggal sebelum kita cucunya lahir? Padahal terang jelas beliau itu yang menurunkan kita? Bagaimanakah agaknya rupa dari cucu kita yang akan lahir sesudah kita mati, padahal dia terdiri dari darah daging kita? Oh, alangkah terbatasnya pengetahuan manusia dalam alam ini! Sedangkan yang nyata, nyata itu sendiri bagi kita masih ghaib! Jika ditanyakan orang kepada kita tentang barang segi empat tempat kita menulis ini, yang umumnya diberi orang nama meja, maka tidaklah akan sama pandangan sebab itu tidak pula akan sama jawaban tentang barang itu. Sepintas lalu dapat orang menjawab; "Ini adalah meja!" Tetapi yang lain akan menjawab; "Ini adalah papan!" Dan yang lain akan menjawab; "Ini adalah kayu di hutan yang telah digergaji!" Dan yang lain akan menjawab; "Ini adalah gabungan dari empat anasir asal, yaitu api, angin, air dan tanah. Sebagian lagi akan menjawab; "Ini adalah kumpulan dari zat yang tidak terbagi lagi (atom) yang telah terkumpul jadi satu. Sebahagian lagi akan menjawab; "meja hanyalah bentuk saja, atau sifat atau `aradh! Adapun hakikat, atau zat, atau substansi ialah atom yang menyatu Lalu ada yang secara cepat kembali saja ke asal muasal; "Semuanya ini adalah benda!" Namun kawannya menjawab; "Bukan benda melainkan tenaga!'' Kawannya yang lain menjawab; "Gabungan tenaga dan benda!" Akhirnya maka yang nyata itu sendiri pun jadi ghaib.Allahlah yang Maha Mengetahui hakikat yang sebenarnya.
هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحيم
"Dia adalah Maha Murah, Maha Penyayang." (ujung ayat 22).
Ar-Rahmaan kita artikan Pemurah.. Ar-Rahiim kita artikan Penyayang. Hasil jipratan dari sifat Rahman dan sifat Rahim itu ialah Rahmat. Rahmat itu pun diartikan juga kasih-sayang! Kasih-sayang Allah itu nampak di mana saja, apabila saja! Kemurahan dan kasih-sayang Ilahi itulah yang kita lihat di mana-mana dan Kasih-sayang serta kemurahan Tuhan itulah yang menyebabkan hidup kita sesuai dalam bumi ini. Kita diberi kemudahan dan penyelenggaraan. Segala sesuatu di atas bumi ini dapat kita memanfaatkan. Bahkan pertalian di antara satu bintang dengan bintang yang lain, pertalian antara bumi dengan bulan, matahari dengan bintang-bintang satelitnya, semuanya berjalan dalam lindungan kasih-sayang dan kemurahan Tuhan. Isaac Newton, Pemikir dan sarjana Inggeris dikenal sebagai manusia yang pertama menemukan teori tentang "daya tarik" yang mempertalikan satu bahagian alam dengan bahagian lain, sehingga dunia ini tidak runtuh dan tidak kucar-kacir. Dikatakan bahwa segala sesuatunya diatur dengan harmonis, seimbang dan setimbang sehingga semua berjalan langgeng, tak pemah runtuh dan tak pernah jatuh. Tetapi ahli-ahli Tauhid dan Ma`rifat mengatakan bahwa bukanlah daya "daya tarik" atau rahasia terakhir yang menyebabkan alam jadi harmonis. Mereka mengatakan semuanya ini adalah percikan dari sifat Tuhan yang dua itu; "Rahman dan Rahim, Maha Pemurah dan Maha Penyayang." Dalam kata lain disebut juga bahwa Ar-Rahman dan Ar-Rahim menumbuhkan Cinta, dengan cinta alam ini diciptakan oleh Tuhan.
هُوَ اللَّهُ الَّذي لا إِلهَ إِلاَّ هُوَ
"Dialah Allah, yang tiada Tuhan selain Dia!" (pangkal ayat 23).
Itulah pegangan hidup kita. Di sana terletak rahasia kejadian alam ini. Alam menjadi sangat teratur karena Penciptanya hanya satu. Tidak berserikat tidak berkongsi sehingga tidak berebut kuasa di antara yang satu dengan yang lain dan tidak pula berbagi kuasa. Di sinilah terletak inti ajaran Tauhid;
الْمَلِكُ
"Maha Raja,"
dimisalkanlah seluruh alam ini, langit serta bumi, bulan serta bintang, awan yang berarak, ombak yang berdebur sebagai suatu kerajaan. Maha Rajanya hanya satu, yaitu Allah! Tidak ada kekuasaan satu raja pun dalam dunia ini yang menyamai Kemaharajaan Allah. Kekuasaan seorang Raja hanyalah terbatas dalam sempadan-sempadan negerinya saja. Bilamana dia keluar dari negerinya, di negeri lain itu dia tidak berkuasa lagi.
Seorang Raja pun hanya berkuasa di kala dia masih hidup; kalau sudah mati harus diganti dengan raja lain. Tidak ada seorang Raja pun yang berkuasa seperti Tuhan, sebab Raja-raja itu dianjung maka tinggi;, diambak maka gadang, diakui baru jadi raja. Malahan ada raja yang dima'zulkan. Namun Allah menjadi si Maharaja diraja sejak asal semula jadi yang tidak ada permulaan dan tidak ada kesudahanNya.
الْقُدُّوسُ
"Maha Suci" Dia; Bersih, karena tidak ada maksud buruk dalam kekuasaan mutlak itu. Dia Maha Suci sebab Dia pun bersifat kasih, bersifat Sayang. Tidak ada aniaya terhadap hambaNya, sebab penguasa yang aniaya ialah karena dalam dirinya merasa bahwa orang yang dianiaya itu akan jadi penghalang kuasanya, sebab sama-sama manusia. Maha Suci Allah dari keinginan-keinginan yang buruk, tandanya bahwa orang itu belum mengenal siapa Allah.
السَّلامُ
"Maha Sejahtera,"
yaitu yang berarti juga damai, tidak ada kericuhan dan kekusutan, segala sesuatu berjalan dengan aman sentosa, damai sejahtera. Dan damai serta sejahtera itu adalah pula satu di antara nama atau sifat Allah yang terpandang terlukis di dalam alam. Hendak mencari tahu tentang kebesaran Allah, carilah dalam kesejahteraan pada alam. Sejahtera berarti juga tidak kurang suatu apa; tidak Dia mengharap sesuatu bantuan orang lain. Tidak Dia minta tolong karena terdesak. Tidak ada cacat dan celaNya. Oleh karena salam sejahtera itu adalah nama dan sifat dari Tuhan, maka Tuhan pun menginginkan sejahtera di antara sesama makhlukNya. Sehingga Salam adalah dijadikan syi'ar hidup di antara sesama Muslim. Bila bertemu di antara satu sama lain hendaklah mengucapkan salam. Sunnat bagi yang memulai, wajib bagi yang menyambut. Dan ada pula Hadis Nabi s.a.w. tentang setengah daripada wirid yang dibaca sesudah sembahyang ialah;
اللهمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ رواه الجماعة إلا البخاري
"Ya Allah, Engkau Salam dan daripada Engkaulah datangnya Salam; Amat banyaklah kumia yang balk dari Engkau, ya Tuhan yang Empunya Keagungan dan Kemuliaan." (Riwayat Jama'ah, yaitu Muslim, Abu Daud, Termidzi, an-Nasa'i, Ibnu Majah dan ad-Darimi)
الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ
"Yang Mengurniakan Keamanan, Maha Memelihara,"
atau yang membuat segala sesuatu aman sentosa. Karena lafaznya ialah al-Mu'min yang boleh juga diartikan Yang Beriman, sebagai hambaNya yang percaya kepadaNya pun dinamai al-Mu'min, orang yang beriman, maka ada juga ahli tafsir yang memberikan tafsir bahwa Allah itu memang percaya kepada manusia itu bahwa manusia itu akan sanggup memikul amanatNya.
Sebab di dalam Surat 33, al-Ahzab ayat 72 ada dijelaskan oleh Allah sendiri, bahwa Dia pemah menawarkan Amanat kepada langit dan bumi dan gunung-gunung, namun semuanya enggan menerima amanat itu karena beratnya, lalu dipikul amanat itu oleh Insan.
Dengan demikian maka percayalah Tuhan Allah kepada makhlukNya yang bernama Insan. Meskipun Tuhan Maha Tahu bahwa Insan itu akan ada juga yang tidak sanggup memikul amanat, namun di antara mereka akan ada yang sanggup. Kalau bukanlah karena kepercayaan Tuhan dan penghargaanNya yang begitu tinggi kepada manusia, tidaklah akan diutusnya Nabi-nabi dan Rasul-rasul membawakan petunjuk-petunjuk langsung dari Tuhan, yang bernama Wahyu. Oleh sebab itu boleh juga sifat Tuhan al-Mu'min itu diartikan menurut wajarnya saja, yaitu yang percaya. Dan sebab itu pula maka hendaklah tiap-tiap orang yang telah mengaku beriman agar memegang teguh amanat itu selama hidupnya sampai matinya, sehingga bertimbalanlah di antara Makhluk sebagai al-Mu'min dengan al-Khaliq sebagai al-Mu'min pula.
لْعَزيزُ الْجَبَّارُ
"Maha Perkasa, Maha Gagah."
Yang apa saja yang telah diaturNya mestilah berlaku. Mana yang melanggar garis yang telah ditentukanNya pasti binasa. Peraturan yang telah ditegakkan oleh Tuhan itu, cobalah bandingkan dengan orang-orang atau manusia yang merasa dirinya gagah perkasa karena kedudukan dunia yang pernah dicapainya. Seorang Raja besar yang gagah dan disegani dengan pakaian kebesarannya, diiringkan oleh pengawal peribadinya yang terdiri dari orang-orang terpilih yang mukanya keren dan bengis, jadi kuyu dan kecillah dia di hadapan kegagahperkasaan Allah. Kuyulah dia ketika berhadapan dengan penyakit yang tidak kunjung sembuh. Kuyu dan kecillah dia di hadapan Malaikat Maut yang datang menjemput nyawanya. Bagaimanapun si Raja hendak bertahan, kian sesaat dia kian hancur. Kian kuyu dan kian layu, sehingga habis hidupnya. Namun Allah tetap gagah.
الْمُتَكَبِّرُ
"Yang Membesarkan Diri;"
Arti yang kita ambil dari Mutakabbir dan yang telab menjadi hahasa Melayu (Indonesia)
tekebur dari kata takabbur. Pada Allah Ta'ala memang patutlah sifat itu dan itulah yang layak. Allah itu berhak buat membesarkan diriNya, karena Dia memang Maha Besar (Allahu Akbar). Sebab itu maka dalam satu Hadis Qudsi pernah Dia bersabda;
الكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالعِزَّةُ إِزَارِيْ رواه الإمام أحمد وأبو داود وإبن ماجه
"Takabbur itu adalah selendangKu, Keperkasaan adalah kainKu."
Artinya pakaian yang pantas Aku memakainya. Manusia bolehlah berusaha meniru meneladan sifat-sifat Allah yang sesuai untuk dirinya sebagai manusia. Misalnya pengasih, penyayang, pemurah, penyantun, penghiba, pengasuh, pendidik, pemberi ampun, pemberi maaf dan sebagainya. Tetapi janganlah manusia hendak meniru sifat yang tidak boleh ditirunya, terutama tentang takabbur atau mutakabbir, membesarkan diri ini. Karen tidak ada satu manusia yang lebih besar dari manusia yang lain. Semua adalah sama-sama hamba Allah.
سُبْحانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُ
"Maha Sucilah Allah dari apa pun yang mereka persekutukan. " (ujung ayat 23).
Tegasnya ialah bahwa sifat-sifat yang begitu agung dan mulia dan tinggi tidaklah ada pada segala apa yang dicoba menyembah dan memujanya oleh setengah manusia yang musyrik.
Artinya tidaklah sanggup orang-orang atau barang-barang yang mereka sembah itu mendatangkan sejahtera atau keamanan. Tidaklah mereka perkasa sebagai Allah. Tidaklah mereka gagah segagah Tuhan. Dan tidaklah mereka dapat mengangkat menjadi mutakabbir. Sebab itu maka manusia yang mencoba menyembah kepada yang selain Allah adalah mereka merendahkan dan menghinakan diri sendiri di hadapan sesamanya makhluk. Padahal hanya Allah sahaja yang berhak dan yang patut dia puja, disembah, muliakan. Karena memang padaNyalah berkumpul sifat-sifat yang sempuma itu.
هُوَ اللَّهُ الْخالِقُ
"Dialah Allah, Maha Pencipta." (pangkal ayat 24).
Yaitu bahwa kehendak menjadikan alam dalam berbagai bentuknya ini adalah dari Dia sendiri, tidak karena dikehendaki oleh yang lain;
الْبارِئُ
"Yang Mengadakan, "
daripada tidak ada kepada ada. Jadi bukanlah alam yang Dia ciptakan itu sama terjadi dengan Dia, sebagaimana kepercayaan yang dianut oleh ahli-ahli filsafat, yang mengatakan bahwa alam itu qadim. Sebab itu maka makhluk (yang dijadikan) ini tadinya tidaklah ada. Setelah dia diciptakan oleh Allah, lalu dijadikannya daripada tidak ada kepada ada. Sebab itu maka terjadilah alam ada permulaan, sedang Allah itu jadi dengan sendiriNya dan tidak ada permulaanNya.
الْمُصَوِّرُ
"Yang Membentuk rupa."
Ini pun diperingatkan, yaitu bahwasanya setiap manusia ditentukan oleh wajahnya, segala sesuatu ditentukan namanya, jenisnya dan rerumpunannya karena ciri-ciri khas yang ditentukan pada rupanya. Rupa sesuatu menentukan untuk namanya, khususnya manusia; diberi bentuk sendiri, lain dari bentuk makhluk yang lain. Pada waktu tafsir ini disusun manusia yang berada di permukaan bumi adalah sekitar 4,000,000,000. (empat milyard). Tidak seorang jua pun yang serupa semua berlain rupa. Meskipun ada perbedaan warna kulit; ada yang putih, kuning dan hitam dan sawo matang, namun yang sama-sama hitam pun tidaklah serupa. Sepuluh orang saudara yang dilahirkan oleh seorang ibu, anak dari satu ayah tidak juga ada yang serupa. Tidak serupa wajahnya, tidak serupa sidik jarinya dan tidak serupa bunyi suaranya. Tiap seseorang diberi satu bentuk badan, satu seri muka, satu sidik jari, satu bunyi suara, sehingga di mana pun dia berada, dia dapat dikenal, misalnya dia si Ahmad, bukan si Hamid. Fikirkanlah kekayaan dan kebesaran Allah. Sebuah pabrik mobil di Detroit yang terkenal mengeluarkan mobil dari pabriknya sekali dalam lima menit, hanyalah sekedar sekali setahun seorang Insinyur merangkap ahli astetik memikirkan bentuk apa yang layak bagi mobil itu untuk tahun depan. Beribu-ribu mobil keluar dalam setahun, namun bentuknya sama, mesinnya sama, atau "model"nya sama; model tahun seribu sembilan ratus sekian….Tetapi manusia lahir setiap detik di seluruh dunia, masing-masing membawa bentuk dan rupa sendiri.
لَهُ الْأَسْماءُ الْحُسْنى
"BagiNyalah nama-nama yang baik." Tuhan berulang kali memberi ingat tentang nama-namaNya yang baik ini di dalam al-Quran. Telah diisyaratkan di dalam Surat 7 al-A`raf ayat 180. Di dalam Surat 17, al-Isra' ayat 110. Surat 20, Thaha ayat 8, dan ayat 24 penutup Surat al-Hasyr sekarang ini. Di Surat al-A'raf (Juzu' 9) al-Asmaul Husnaa telah kita uraikan juga. Dan nama-nama Tuhan yang tersebut sejak ayat 22 sampai ayat 24 ini adalah termasuk di dalam al-Asmaul Husnaa itu jua adanya. Sayid Ibnul Murtadhaa dalam kitabnya " litsaarul Haqq "; Ma`rifat atau mengenal kesempumaan Tuhan Yang Maha Mulia, disertai sifat-sifatNya yang sempurna dan nama-namaNya yang baik adalah termasuk kesempumaan Tauhid, yang mesti difahamkan benar-benar. Karena hendak mengetahui kesempurnaan zat Tuhan hendaklah dengan memahamkan tiap-tiap nama Tuhan yang baik itu. Karena tidaklah akan dikenal kesempumaan Zat kalau tidak diketahui sifatnya dan tidak diketahui namanya. Ada terdapat dua tiga Hadis tentang al-Asmaul Husnaa itu. Di salah satu Hadis dikatakan bahwa nama itu 99 banyaknya. Siapa yang menghapal dan memahamkannya dijanjikan masuk syurga. Tetapi jika dikumpulkan semua nama dari sekalian Hadis itu terdapat lebih dari 99. Imam Ghazali menyatakan pendapat bahwa tentang nama-nama, tidaklah boleh kita menambah nama Allah dari yang telah ditentukan Tuhan dan dijelaskan Rasulullah s.a.w. Tetapi tentang sifat Allah, bolehlah kita menyatakan pendapat kita lebih luas dari nama yang telah tersebut, asal mengandung akan kemuliaan Ilahi.
يُسَبِّحُ لَهُ ما فِي السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ
"Bertasbih kepadaNya apa pun yang ada pada sekalian langit dan bumi."
Yang berarti tunduk dan patuh akan peraturanNya. Akal dan perasaan halus manusia, disertai budi yang tinggi manusia akan turut merasakan tasbih dari sekalian yang di langit dan di bumi itu;
وَ هُوَ الْعَزيزُ الْحَكيمُ
"Dan Dia adalah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (ujung ayat 24).
Maha Perkasa, sehingga tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menantang ketentuan, peraturan dan kekuasaan yang telah Dia garis. Maha Bijaksana, sehingga akal budi yang mendalam akan merasakan kagum melihat kebijaksaan yang tinggi itu. Dan ini semuanya telah banyak dibicarakan pada kesempatan-kesempatan yang lain.
D. Tafsir Surat Ar-Ruum Ayat 22-25
Di antara bukti-bukti keberadaan-Nya dan tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaany-Nya ialah Dia menciptakan langit yang penuh sesak dengan bintang-bintang dan planet baik yang tetap maupun yang beredar. Langit itu sangat tinggi luas cakrawalnya. Dan pada penciptaan bumi yang memilki gunung –gunung, Lembah-lembah, Laut-laut, padang pasir, hewan dan pohon-pepohonan.
Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah berbeda-bedanya bahasa kalian yang tidak ada batasnya,ada yang berbahasa Arab, ada yang berbahasa Perancis, Inggris, Hindustan, Cinaa dan lain sebagainya. Yang tiada seorangpun yang mengetahui banyaknya melainkan hanya yang menciptakan bahasa-bahasa (Allah). Dan berbeda-bedanya jenis dan bentuk kalian hingga perbedaan ini membantu kita untuk membedakan kita diantara orang-orang, baik melalui suaranya atau warna kulitnya. Hal ini merupakan suatu yang sangat penting sekali didalam pergaulan hidup dan berbagai macam tujuan. Maka betapa banyaknya orang-orang yang hanya dengan memalui suaranya kita bisa mengenal identitasnya. Dengan demikian kita dapat mengenali mana teman dan mana lawan, lalu kita membuat persiapan lazim buat menghadapi masing-masing. Sebagaiman kita dapat membedakan melalui bahasa yang dipakainya lalu mengetahui dari bangsa manakah dia.
Sesungguhnya pada hal-hal yang telah disebutkan tadi terkandung bukti-bukti yang jelas bagiorang yang berilmu, yaitu memikirkan tentang makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Tidak sesekali menciptakan makhluknya secara Cuma-Cuma, tetapi untuk tujuan hikmat yang mendalam, yang terkandung didalamnya pelajaran bagi orang-orang yang menggunakan akal pikiranya.
Dan di antara tanda-tanda-Nya ialah kalian tidur dimalam hari dan istirahatnya kalian padanya sehingga terhentilah aktifitas dan perasaan kalian dikala itu. Dan usaha kalian dlam rangka mencari rezeki pada siang hari yaitu dengan mengerjakan hal-hal yang dapat menghidupi kalian.
Sesungguhnya di dalam apa yang telah diciptakan oleh Allah itu terkandung pelajaran dan bukti-bagi orang-orang yang mau mendengarkan nasehat-nasehatnya, lalu mereka mengamalkannya dan memahami hujjah-hujjahnya yang ditujukan kepada mereka, bahwasnnya yang menciptakan kesemuanya itu mampu untuk menghidupkan kembali semua makhluk dan mengembalikan mereka , hal ini amatlah mudah baginya.
Dan di antara tanda-tanda yang menunjukan kebesaran kekuasaanya ialah bahwa dia memperlihatkan pada kalian kilat , yang karenanya kalian merasa takut terhadap suara gemuruh yang timbul darinya, dan sekaigus berharap akan hujan yang diakibatkannya turun dari langit. Karena dengan air hujan itu yang tadinya bumi tandus tiada tanaman dan pepohonan dengannya akan menjadi hidup subur.
Sesungguhnya didalam hal-hal yang telah disebutkan tadi benar benar terdapat bukti-bukti yang pasti dan dalil yang jelas bagi adanya hari berbangkit dan ghari kiamat. Karena sesungguhnya bumi yang tandus , tiada tanaman, dan pohon-pepohonan padanya, bila ia kedatangan air maka ia akan menjadi gembur dan subur, Serta dapat menumbuhkan berbagai macam dan jenis tumbuhan yang tampak indah. Di dalam hal tersebut benar-benar terdapat gambaran yang jelas dan dalil yang terang adanya kekuasan Allah yang menghidupkan. Bahwa dia mampu untukl menghidupkan kembali makhluk semuanya sesudah mereka mati, yaitu disaat semua manusia di bangunkan kembali untuk mmenghadap kepada Tuhan seneta alam.
Dan di antara hujjah-hujjah yang menunjukan Kekuasan-Nya Yang mampu membuktikan apa yang di kehendaki-Nya yakni tegaknya bumi dan langit tanpa tiang penyangga, tetapi yang menyebabkan ia tegak ialah ditegakan oleh-Nya dan Pengaturan-Nya. Bumi beputar dab awan berjalan di sekitarnya serta Udara (oksigen) selalu mengikuti peredaranya. Bulan dan bintang-bintang yang beredar semuanya beredar di sekeliling Matahari pada garis edar masing-masing. Dan matahari berikut planet-planet yang semuanya beredar disekeliling planet-planet lainya yang tidak kita ketahui melainkan melalui hasil penyeleidikan ilmiah yang terbatas itu.
Segala sesuatunya bejalan seperti itu, hinggah masa berlakunya tatanan dunia ini habis, pada saat itu akan kacaulah tatanan alam, lalu bumi ini diganti dengan bumi yang lain, gunung-gunung akan hancur lebur, Dan pada saat itu kalaian akan keluar dari kubur kalian denagn segera, yaitu sewaktu Penyeru (Malaikat Israfi) memanggil kalian untuk hidup kembali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ma’rifatullah yaitu berasal dari kata ma’rifah dan Allah. Ma’rifah berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaranNya (ayat-ayatNya). Mengenal Allah merupakan tahapan penting perjalanan diri Manusia. Salah satu Hadis yang terkenal dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. adalah "Man 'Arofa nafsahu, Faqod Arofa Robbahu" Artinya "Barang siapa mengenal dirinya maka, ia akan mengenal Tuhannnya".
Beberapa langkah praktis yang bisa kita lakukan untuk dapat mengenal Allah Adalah:
1. Menyadari bahwa diri kita adalah yang diciptakan.
2. Kalau kita (manusia) diciptakan berarti ada yang menciptakan (Allah).
3. Kalau kita (manusia) diatur berarti ada yang mengatur (Allah).
4. Kalau kita diberi berarti ada yang member.
5. Karena kita diberi maka kita harus berteima kasih.
6. Cara paling mudah dalam berterima kasih adalah selalu mengingat yang memberi.
Kita bisa pilih semua cara diatas atau pilih salah satu cara dan lakukan dengan rutin dan teratur, insya Allah semua akan menjadi lebih baik. Dapat menjalankan ibadah dengan khusu dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nata, Abuddin.2009.Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.Jakarta:Rajawali Pers.
2. Al-Maraghi,Ahmad Musthafa.1989.Terjemah Tafsir Al-Maraghi 21.Semarang:Karya Toha Putra.
3. Al-Maraghi,Ahmad Musthafa.1986.Terjemah Tafsir Al-Maraghi 28.Semarang:Toha Putra.
4. http://adisuryadi-pendidikan.blogspot.com/2011/06/makalah-mariafatullah.html
5. http://tafsiralazhar.net46.net/myfile/S-Al-hasyr/Al-hasyr-22-24.htm
6. http://www.al-ikhwan.com/tauhid-al-asma-wa-ash-shifat-tauhid-al-asma-waal-sifattauhid-asma-wa-sifat-664.htmn
7. http://zahroatuz.blogspot.com/2012/05/makalah-tafsir-mengenal-allah-swt_10.html.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk yang diberi akal yang sempurna, tatkala akal membawa kepada sesuatu yang diinginkan. Tetapi alangkah baiknya digunakan kepada sesuatu yang akan memberikan mamfaat salah satunya untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT. Manusia akan hidup lurus apabila dia mampuh menggunakan akalnya untuk mengetahui siapa dirinya. Yang akhirnya akan sampai kepada zat yang menciptakannya yaitu Allah SWT. Inilah yang menjadi persoalan bahwa manusia kebanyakan lupa kepada dzat yang menciptakannya yaitu Allah SWT.
Fenomena yang terjadi sekarang bahwa manusia hidup kebanyakan dengan moral yang kurang sempurna. Yaitu hal yang tidak sejalan dengan aturan Agama Islam. Ini dikarenakan kurang mengenal dirinya sendiri atau dengan kata lain tidak mengetahui jati dirinya sendiri. Orang yang mengenali Allah dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam bentuk ibadah. Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin shalat, pada saat lain kita dapati ia senantiasa berdzikir, tilawah, belajar, pelayan masyarkat, dermawan, dst. Tidak ada ruang hanya waktu ibadah kepada Allah.
Ada sebagian ulama yang mengatakan : “Duduk di sisi orang yang mengenali Allah akan mengajak kita kepada enam hal dan berpaling dari enam hal, yaitu : dari ragu menjadi yakin, dari riya menjadi ikhlash, dari ghaflah (lalai) menjadi ingat, dari cinta dunia menjadi cinta akhirat, dari sombong menjadi tawadhu’ (randah hati), dari buruk hati menjadi nasehat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat Al-Hasyr Ayat 22-24 Dan Surat Ar-Rum Ayat 22-25.
1. Surat Al-Hasyr Ayat 22-24
uqèd ª!$# Ï%©!$# Iw tm»s9Î) wÎ) uqèd ( ÞOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»yg¤±9$#ur ( uqèd ß`»oH÷q§9$# ÞOÏm§9$# ÇËËÈ uqèd ª!$# Ï%©!$# Iw tm»s9Î) wÎ) uqèd à7Î=yJø9$# â¨rà)ø9$# ãN»n=¡¡9$# ß`ÏB÷sßJø9$# ÚÆÏJøygßJø9$# âÍyèø9$# â$¬6yfø9$# çÉi9x6tGßJø9$# 4 z`»ysö6ß «!$# $£Jtã cqà2Îô³ç ÇËÌÈ uqèd ª!$# ß,Î=»yø9$# äÍ$t7ø9$# âÈhq|ÁßJø9$# ( ã&s! âä!$yJóF{$# 4Óo_ó¡ßsø9$# 4 ßxÎm7|¡ç ¼çms9 $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( uqèdur âÍyèø9$# ÞOÅ3ptø:$# ÇËÍÈ
Artinya:
22. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
23. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
24. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
2. Surat Ar-Ruum Ayat 22-25
ô`ÏBur ¾ÏmÏG»t#uä ß,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ß#»n=ÏG÷z$#ur öNà6ÏGoYÅ¡ø9r& ö/ä3ÏRºuqø9r&ur 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ;M»tUy tûüÏJÎ=»yèù=Ïj9 ÇËËÈ ô`ÏBur ¾ÏmÏG»t#uä /ä3ãB$uZtB È@ø©9$$Î/ Í$pk¨]9$#ur Nä.ät!$tóÏGö/$#ur `ÏiB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 4 cÎ) Îû Ï9ºs ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 cqãèyJó¡o ÇËÌÈ ô`ÏBur ¾ÏmÏG»t#uä ãNà6Ìã s-÷y9ø9$# $]ùöqyz $YèyJsÛur ãAÍit\ãur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ¾Çósãsù ÏmÎ/ ßöF{$# y÷èt/ !$ygÏ?öqtB 4 cÎ) Îû Ï9ºs ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 cqè=É)÷èt ÇËÍÈ ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»t#uä br& tPqà)s? âä!$yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur ¾ÍnÌøBr'Î/ 4 §NèO #sÎ) öNä.$tãy Zouqôãy z`ÏiB ÇÚöF{$# !#sÎ) óOçFRr& tbqã_ãørB ÇËÎÈ
Artinya:
22. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
23. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
24. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.
25. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).
B. Pengertian Mengenal Allah SWT
Mengenal Allah juga bisa disebut juga dengan Ma’rifatullah yaitu berasal dari kata ma’rifah dan Allah. Ma’rifah berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaranNya (ayat-ayatNya). Mengenal Allah merupakan tahapan penting perjalanan diri Manusia. Salah satu Hadis yang terkenal dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. adalah "Man 'Arofa nafsahu, Faqod Arofa Robbahu" Artinya "Barang siapa mengenal dirinya maka, ia akan mengenal Tuhannnya".Makna dari hadis ini, bersesuaian dengan ungkapan dalam Al-Qur'an"Wallaahu bi kulli Syai'in 'Aliima" Artinya "dan Allah mengetahui segala sesuatu". dari dua pernyataan ini, bisa kita pahami bahwa:
1. Manusia Hidup di dunia ini harus memiliki panduan kehidupan agar dirinya tidak mengalami kebingungan.
2. Panduan kehidupan yang harus dicari oleh manusia, terdapat dalam dirinya sendiri.
3. Panduan yang dimaksud dalam poin kedua adalah panduan fitrah dan Suara Hati manusia
4. Jika manusia mau mengerti dan memahami segala apa yang ada dalam dirinya adalah pemberian sang Maha Kuasa maka, seharusnya manusia harus berterima kasih pada sang pemberi itu (Allah SWT)
5. Membuktikan kebenaran ilmu dan pemahaman yang dimiliki tentang sang Pencipta agar manusia tidak merasa ragu dan bingung dalam memahami kehidupan.
C. Tafsir Surat Al-Hasyr Ayat 22-24
هُوَ اللَّهُ الَّذي لا إِلهَ إِلاَّ هُوَ
"Dialah Allah! Yang tiada Tuhan melainkan Dia." (pangkal ayat 22). Inilah pokok pegangan orang pertama dan utama. Segala perhatian dan ingatan ditujukan kepadaNya, Allah Tuhan Yang Satu.
عالِمُ الْغَيْبِ وَ الشَّهادَةِ
"Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata.''
Oleh karena Allah itu meliputi akan segala ruang dan segala waktu, niscaya bagi Allah sama saja diketahuinya yang ghaib dan yang nyata.
Sedang bagi kita sebagai makhluk lebih banyaklah yang ghaib daripada yang nyata. Bahkan apa yang disangka nyata itu, bagi kita pun masih ghaib.
Apa yang tidak nampak oleh mata kita dan tidak kedengaran oleh telinga kita, adalah ghaib bagi kita. Lebih banyak bahagian dalam batang tubuh kita sendiri yang ghaib bagi kita.
Apa yang ada di belakang dinding rumah kita ghaib bagi kita. Apa yang ada di belakang kita ghaib bagi kita. Zaman yang dahulu sebelum kita lahir, ghaib bagi kita. Zaman depan setelah kita meninggal dunia ini kelak ghaib bagi kita. Apa yang terpendam dalam bumi di bawah kita? Apa yang terkandung dalam bintang-bintang yang bertebaran di langit di atas kepala kita? Bagaimana rupa dari nenek kita yang telah meninggal sebelum kita cucunya lahir? Padahal terang jelas beliau itu yang menurunkan kita? Bagaimanakah agaknya rupa dari cucu kita yang akan lahir sesudah kita mati, padahal dia terdiri dari darah daging kita? Oh, alangkah terbatasnya pengetahuan manusia dalam alam ini! Sedangkan yang nyata, nyata itu sendiri bagi kita masih ghaib! Jika ditanyakan orang kepada kita tentang barang segi empat tempat kita menulis ini, yang umumnya diberi orang nama meja, maka tidaklah akan sama pandangan sebab itu tidak pula akan sama jawaban tentang barang itu. Sepintas lalu dapat orang menjawab; "Ini adalah meja!" Tetapi yang lain akan menjawab; "Ini adalah papan!" Dan yang lain akan menjawab; "Ini adalah kayu di hutan yang telah digergaji!" Dan yang lain akan menjawab; "Ini adalah gabungan dari empat anasir asal, yaitu api, angin, air dan tanah. Sebagian lagi akan menjawab; "Ini adalah kumpulan dari zat yang tidak terbagi lagi (atom) yang telah terkumpul jadi satu. Sebahagian lagi akan menjawab; "meja hanyalah bentuk saja, atau sifat atau `aradh! Adapun hakikat, atau zat, atau substansi ialah atom yang menyatu Lalu ada yang secara cepat kembali saja ke asal muasal; "Semuanya ini adalah benda!" Namun kawannya menjawab; "Bukan benda melainkan tenaga!'' Kawannya yang lain menjawab; "Gabungan tenaga dan benda!" Akhirnya maka yang nyata itu sendiri pun jadi ghaib.Allahlah yang Maha Mengetahui hakikat yang sebenarnya.
هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحيم
"Dia adalah Maha Murah, Maha Penyayang." (ujung ayat 22).
Ar-Rahmaan kita artikan Pemurah.. Ar-Rahiim kita artikan Penyayang. Hasil jipratan dari sifat Rahman dan sifat Rahim itu ialah Rahmat. Rahmat itu pun diartikan juga kasih-sayang! Kasih-sayang Allah itu nampak di mana saja, apabila saja! Kemurahan dan kasih-sayang Ilahi itulah yang kita lihat di mana-mana dan Kasih-sayang serta kemurahan Tuhan itulah yang menyebabkan hidup kita sesuai dalam bumi ini. Kita diberi kemudahan dan penyelenggaraan. Segala sesuatu di atas bumi ini dapat kita memanfaatkan. Bahkan pertalian di antara satu bintang dengan bintang yang lain, pertalian antara bumi dengan bulan, matahari dengan bintang-bintang satelitnya, semuanya berjalan dalam lindungan kasih-sayang dan kemurahan Tuhan. Isaac Newton, Pemikir dan sarjana Inggeris dikenal sebagai manusia yang pertama menemukan teori tentang "daya tarik" yang mempertalikan satu bahagian alam dengan bahagian lain, sehingga dunia ini tidak runtuh dan tidak kucar-kacir. Dikatakan bahwa segala sesuatunya diatur dengan harmonis, seimbang dan setimbang sehingga semua berjalan langgeng, tak pemah runtuh dan tak pernah jatuh. Tetapi ahli-ahli Tauhid dan Ma`rifat mengatakan bahwa bukanlah daya "daya tarik" atau rahasia terakhir yang menyebabkan alam jadi harmonis. Mereka mengatakan semuanya ini adalah percikan dari sifat Tuhan yang dua itu; "Rahman dan Rahim, Maha Pemurah dan Maha Penyayang." Dalam kata lain disebut juga bahwa Ar-Rahman dan Ar-Rahim menumbuhkan Cinta, dengan cinta alam ini diciptakan oleh Tuhan.
هُوَ اللَّهُ الَّذي لا إِلهَ إِلاَّ هُوَ
"Dialah Allah, yang tiada Tuhan selain Dia!" (pangkal ayat 23).
Itulah pegangan hidup kita. Di sana terletak rahasia kejadian alam ini. Alam menjadi sangat teratur karena Penciptanya hanya satu. Tidak berserikat tidak berkongsi sehingga tidak berebut kuasa di antara yang satu dengan yang lain dan tidak pula berbagi kuasa. Di sinilah terletak inti ajaran Tauhid;
الْمَلِكُ
"Maha Raja,"
dimisalkanlah seluruh alam ini, langit serta bumi, bulan serta bintang, awan yang berarak, ombak yang berdebur sebagai suatu kerajaan. Maha Rajanya hanya satu, yaitu Allah! Tidak ada kekuasaan satu raja pun dalam dunia ini yang menyamai Kemaharajaan Allah. Kekuasaan seorang Raja hanyalah terbatas dalam sempadan-sempadan negerinya saja. Bilamana dia keluar dari negerinya, di negeri lain itu dia tidak berkuasa lagi.
Seorang Raja pun hanya berkuasa di kala dia masih hidup; kalau sudah mati harus diganti dengan raja lain. Tidak ada seorang Raja pun yang berkuasa seperti Tuhan, sebab Raja-raja itu dianjung maka tinggi;, diambak maka gadang, diakui baru jadi raja. Malahan ada raja yang dima'zulkan. Namun Allah menjadi si Maharaja diraja sejak asal semula jadi yang tidak ada permulaan dan tidak ada kesudahanNya.
الْقُدُّوسُ
"Maha Suci" Dia; Bersih, karena tidak ada maksud buruk dalam kekuasaan mutlak itu. Dia Maha Suci sebab Dia pun bersifat kasih, bersifat Sayang. Tidak ada aniaya terhadap hambaNya, sebab penguasa yang aniaya ialah karena dalam dirinya merasa bahwa orang yang dianiaya itu akan jadi penghalang kuasanya, sebab sama-sama manusia. Maha Suci Allah dari keinginan-keinginan yang buruk, tandanya bahwa orang itu belum mengenal siapa Allah.
السَّلامُ
"Maha Sejahtera,"
yaitu yang berarti juga damai, tidak ada kericuhan dan kekusutan, segala sesuatu berjalan dengan aman sentosa, damai sejahtera. Dan damai serta sejahtera itu adalah pula satu di antara nama atau sifat Allah yang terpandang terlukis di dalam alam. Hendak mencari tahu tentang kebesaran Allah, carilah dalam kesejahteraan pada alam. Sejahtera berarti juga tidak kurang suatu apa; tidak Dia mengharap sesuatu bantuan orang lain. Tidak Dia minta tolong karena terdesak. Tidak ada cacat dan celaNya. Oleh karena salam sejahtera itu adalah nama dan sifat dari Tuhan, maka Tuhan pun menginginkan sejahtera di antara sesama makhlukNya. Sehingga Salam adalah dijadikan syi'ar hidup di antara sesama Muslim. Bila bertemu di antara satu sama lain hendaklah mengucapkan salam. Sunnat bagi yang memulai, wajib bagi yang menyambut. Dan ada pula Hadis Nabi s.a.w. tentang setengah daripada wirid yang dibaca sesudah sembahyang ialah;
اللهمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ رواه الجماعة إلا البخاري
"Ya Allah, Engkau Salam dan daripada Engkaulah datangnya Salam; Amat banyaklah kumia yang balk dari Engkau, ya Tuhan yang Empunya Keagungan dan Kemuliaan." (Riwayat Jama'ah, yaitu Muslim, Abu Daud, Termidzi, an-Nasa'i, Ibnu Majah dan ad-Darimi)
الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ
"Yang Mengurniakan Keamanan, Maha Memelihara,"
atau yang membuat segala sesuatu aman sentosa. Karena lafaznya ialah al-Mu'min yang boleh juga diartikan Yang Beriman, sebagai hambaNya yang percaya kepadaNya pun dinamai al-Mu'min, orang yang beriman, maka ada juga ahli tafsir yang memberikan tafsir bahwa Allah itu memang percaya kepada manusia itu bahwa manusia itu akan sanggup memikul amanatNya.
Sebab di dalam Surat 33, al-Ahzab ayat 72 ada dijelaskan oleh Allah sendiri, bahwa Dia pemah menawarkan Amanat kepada langit dan bumi dan gunung-gunung, namun semuanya enggan menerima amanat itu karena beratnya, lalu dipikul amanat itu oleh Insan.
Dengan demikian maka percayalah Tuhan Allah kepada makhlukNya yang bernama Insan. Meskipun Tuhan Maha Tahu bahwa Insan itu akan ada juga yang tidak sanggup memikul amanat, namun di antara mereka akan ada yang sanggup. Kalau bukanlah karena kepercayaan Tuhan dan penghargaanNya yang begitu tinggi kepada manusia, tidaklah akan diutusnya Nabi-nabi dan Rasul-rasul membawakan petunjuk-petunjuk langsung dari Tuhan, yang bernama Wahyu. Oleh sebab itu boleh juga sifat Tuhan al-Mu'min itu diartikan menurut wajarnya saja, yaitu yang percaya. Dan sebab itu pula maka hendaklah tiap-tiap orang yang telah mengaku beriman agar memegang teguh amanat itu selama hidupnya sampai matinya, sehingga bertimbalanlah di antara Makhluk sebagai al-Mu'min dengan al-Khaliq sebagai al-Mu'min pula.
لْعَزيزُ الْجَبَّارُ
"Maha Perkasa, Maha Gagah."
Yang apa saja yang telah diaturNya mestilah berlaku. Mana yang melanggar garis yang telah ditentukanNya pasti binasa. Peraturan yang telah ditegakkan oleh Tuhan itu, cobalah bandingkan dengan orang-orang atau manusia yang merasa dirinya gagah perkasa karena kedudukan dunia yang pernah dicapainya. Seorang Raja besar yang gagah dan disegani dengan pakaian kebesarannya, diiringkan oleh pengawal peribadinya yang terdiri dari orang-orang terpilih yang mukanya keren dan bengis, jadi kuyu dan kecillah dia di hadapan kegagahperkasaan Allah. Kuyulah dia ketika berhadapan dengan penyakit yang tidak kunjung sembuh. Kuyu dan kecillah dia di hadapan Malaikat Maut yang datang menjemput nyawanya. Bagaimanapun si Raja hendak bertahan, kian sesaat dia kian hancur. Kian kuyu dan kian layu, sehingga habis hidupnya. Namun Allah tetap gagah.
الْمُتَكَبِّرُ
"Yang Membesarkan Diri;"
Arti yang kita ambil dari Mutakabbir dan yang telab menjadi hahasa Melayu (Indonesia)
tekebur dari kata takabbur. Pada Allah Ta'ala memang patutlah sifat itu dan itulah yang layak. Allah itu berhak buat membesarkan diriNya, karena Dia memang Maha Besar (Allahu Akbar). Sebab itu maka dalam satu Hadis Qudsi pernah Dia bersabda;
الكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالعِزَّةُ إِزَارِيْ رواه الإمام أحمد وأبو داود وإبن ماجه
"Takabbur itu adalah selendangKu, Keperkasaan adalah kainKu."
Artinya pakaian yang pantas Aku memakainya. Manusia bolehlah berusaha meniru meneladan sifat-sifat Allah yang sesuai untuk dirinya sebagai manusia. Misalnya pengasih, penyayang, pemurah, penyantun, penghiba, pengasuh, pendidik, pemberi ampun, pemberi maaf dan sebagainya. Tetapi janganlah manusia hendak meniru sifat yang tidak boleh ditirunya, terutama tentang takabbur atau mutakabbir, membesarkan diri ini. Karen tidak ada satu manusia yang lebih besar dari manusia yang lain. Semua adalah sama-sama hamba Allah.
سُبْحانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُ
"Maha Sucilah Allah dari apa pun yang mereka persekutukan. " (ujung ayat 23).
Tegasnya ialah bahwa sifat-sifat yang begitu agung dan mulia dan tinggi tidaklah ada pada segala apa yang dicoba menyembah dan memujanya oleh setengah manusia yang musyrik.
Artinya tidaklah sanggup orang-orang atau barang-barang yang mereka sembah itu mendatangkan sejahtera atau keamanan. Tidaklah mereka perkasa sebagai Allah. Tidaklah mereka gagah segagah Tuhan. Dan tidaklah mereka dapat mengangkat menjadi mutakabbir. Sebab itu maka manusia yang mencoba menyembah kepada yang selain Allah adalah mereka merendahkan dan menghinakan diri sendiri di hadapan sesamanya makhluk. Padahal hanya Allah sahaja yang berhak dan yang patut dia puja, disembah, muliakan. Karena memang padaNyalah berkumpul sifat-sifat yang sempuma itu.
هُوَ اللَّهُ الْخالِقُ
"Dialah Allah, Maha Pencipta." (pangkal ayat 24).
Yaitu bahwa kehendak menjadikan alam dalam berbagai bentuknya ini adalah dari Dia sendiri, tidak karena dikehendaki oleh yang lain;
الْبارِئُ
"Yang Mengadakan, "
daripada tidak ada kepada ada. Jadi bukanlah alam yang Dia ciptakan itu sama terjadi dengan Dia, sebagaimana kepercayaan yang dianut oleh ahli-ahli filsafat, yang mengatakan bahwa alam itu qadim. Sebab itu maka makhluk (yang dijadikan) ini tadinya tidaklah ada. Setelah dia diciptakan oleh Allah, lalu dijadikannya daripada tidak ada kepada ada. Sebab itu maka terjadilah alam ada permulaan, sedang Allah itu jadi dengan sendiriNya dan tidak ada permulaanNya.
الْمُصَوِّرُ
"Yang Membentuk rupa."
Ini pun diperingatkan, yaitu bahwasanya setiap manusia ditentukan oleh wajahnya, segala sesuatu ditentukan namanya, jenisnya dan rerumpunannya karena ciri-ciri khas yang ditentukan pada rupanya. Rupa sesuatu menentukan untuk namanya, khususnya manusia; diberi bentuk sendiri, lain dari bentuk makhluk yang lain. Pada waktu tafsir ini disusun manusia yang berada di permukaan bumi adalah sekitar 4,000,000,000. (empat milyard). Tidak seorang jua pun yang serupa semua berlain rupa. Meskipun ada perbedaan warna kulit; ada yang putih, kuning dan hitam dan sawo matang, namun yang sama-sama hitam pun tidaklah serupa. Sepuluh orang saudara yang dilahirkan oleh seorang ibu, anak dari satu ayah tidak juga ada yang serupa. Tidak serupa wajahnya, tidak serupa sidik jarinya dan tidak serupa bunyi suaranya. Tiap seseorang diberi satu bentuk badan, satu seri muka, satu sidik jari, satu bunyi suara, sehingga di mana pun dia berada, dia dapat dikenal, misalnya dia si Ahmad, bukan si Hamid. Fikirkanlah kekayaan dan kebesaran Allah. Sebuah pabrik mobil di Detroit yang terkenal mengeluarkan mobil dari pabriknya sekali dalam lima menit, hanyalah sekedar sekali setahun seorang Insinyur merangkap ahli astetik memikirkan bentuk apa yang layak bagi mobil itu untuk tahun depan. Beribu-ribu mobil keluar dalam setahun, namun bentuknya sama, mesinnya sama, atau "model"nya sama; model tahun seribu sembilan ratus sekian….Tetapi manusia lahir setiap detik di seluruh dunia, masing-masing membawa bentuk dan rupa sendiri.
لَهُ الْأَسْماءُ الْحُسْنى
"BagiNyalah nama-nama yang baik." Tuhan berulang kali memberi ingat tentang nama-namaNya yang baik ini di dalam al-Quran. Telah diisyaratkan di dalam Surat 7 al-A`raf ayat 180. Di dalam Surat 17, al-Isra' ayat 110. Surat 20, Thaha ayat 8, dan ayat 24 penutup Surat al-Hasyr sekarang ini. Di Surat al-A'raf (Juzu' 9) al-Asmaul Husnaa telah kita uraikan juga. Dan nama-nama Tuhan yang tersebut sejak ayat 22 sampai ayat 24 ini adalah termasuk di dalam al-Asmaul Husnaa itu jua adanya. Sayid Ibnul Murtadhaa dalam kitabnya " litsaarul Haqq "; Ma`rifat atau mengenal kesempumaan Tuhan Yang Maha Mulia, disertai sifat-sifatNya yang sempurna dan nama-namaNya yang baik adalah termasuk kesempumaan Tauhid, yang mesti difahamkan benar-benar. Karena hendak mengetahui kesempurnaan zat Tuhan hendaklah dengan memahamkan tiap-tiap nama Tuhan yang baik itu. Karena tidaklah akan dikenal kesempumaan Zat kalau tidak diketahui sifatnya dan tidak diketahui namanya. Ada terdapat dua tiga Hadis tentang al-Asmaul Husnaa itu. Di salah satu Hadis dikatakan bahwa nama itu 99 banyaknya. Siapa yang menghapal dan memahamkannya dijanjikan masuk syurga. Tetapi jika dikumpulkan semua nama dari sekalian Hadis itu terdapat lebih dari 99. Imam Ghazali menyatakan pendapat bahwa tentang nama-nama, tidaklah boleh kita menambah nama Allah dari yang telah ditentukan Tuhan dan dijelaskan Rasulullah s.a.w. Tetapi tentang sifat Allah, bolehlah kita menyatakan pendapat kita lebih luas dari nama yang telah tersebut, asal mengandung akan kemuliaan Ilahi.
يُسَبِّحُ لَهُ ما فِي السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ
"Bertasbih kepadaNya apa pun yang ada pada sekalian langit dan bumi."
Yang berarti tunduk dan patuh akan peraturanNya. Akal dan perasaan halus manusia, disertai budi yang tinggi manusia akan turut merasakan tasbih dari sekalian yang di langit dan di bumi itu;
وَ هُوَ الْعَزيزُ الْحَكيمُ
"Dan Dia adalah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (ujung ayat 24).
Maha Perkasa, sehingga tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menantang ketentuan, peraturan dan kekuasaan yang telah Dia garis. Maha Bijaksana, sehingga akal budi yang mendalam akan merasakan kagum melihat kebijaksaan yang tinggi itu. Dan ini semuanya telah banyak dibicarakan pada kesempatan-kesempatan yang lain.
D. Tafsir Surat Ar-Ruum Ayat 22-25
Di antara bukti-bukti keberadaan-Nya dan tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaany-Nya ialah Dia menciptakan langit yang penuh sesak dengan bintang-bintang dan planet baik yang tetap maupun yang beredar. Langit itu sangat tinggi luas cakrawalnya. Dan pada penciptaan bumi yang memilki gunung –gunung, Lembah-lembah, Laut-laut, padang pasir, hewan dan pohon-pepohonan.
Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah berbeda-bedanya bahasa kalian yang tidak ada batasnya,ada yang berbahasa Arab, ada yang berbahasa Perancis, Inggris, Hindustan, Cinaa dan lain sebagainya. Yang tiada seorangpun yang mengetahui banyaknya melainkan hanya yang menciptakan bahasa-bahasa (Allah). Dan berbeda-bedanya jenis dan bentuk kalian hingga perbedaan ini membantu kita untuk membedakan kita diantara orang-orang, baik melalui suaranya atau warna kulitnya. Hal ini merupakan suatu yang sangat penting sekali didalam pergaulan hidup dan berbagai macam tujuan. Maka betapa banyaknya orang-orang yang hanya dengan memalui suaranya kita bisa mengenal identitasnya. Dengan demikian kita dapat mengenali mana teman dan mana lawan, lalu kita membuat persiapan lazim buat menghadapi masing-masing. Sebagaiman kita dapat membedakan melalui bahasa yang dipakainya lalu mengetahui dari bangsa manakah dia.
Sesungguhnya pada hal-hal yang telah disebutkan tadi terkandung bukti-bukti yang jelas bagiorang yang berilmu, yaitu memikirkan tentang makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Tidak sesekali menciptakan makhluknya secara Cuma-Cuma, tetapi untuk tujuan hikmat yang mendalam, yang terkandung didalamnya pelajaran bagi orang-orang yang menggunakan akal pikiranya.
Dan di antara tanda-tanda-Nya ialah kalian tidur dimalam hari dan istirahatnya kalian padanya sehingga terhentilah aktifitas dan perasaan kalian dikala itu. Dan usaha kalian dlam rangka mencari rezeki pada siang hari yaitu dengan mengerjakan hal-hal yang dapat menghidupi kalian.
Sesungguhnya di dalam apa yang telah diciptakan oleh Allah itu terkandung pelajaran dan bukti-bagi orang-orang yang mau mendengarkan nasehat-nasehatnya, lalu mereka mengamalkannya dan memahami hujjah-hujjahnya yang ditujukan kepada mereka, bahwasnnya yang menciptakan kesemuanya itu mampu untuk menghidupkan kembali semua makhluk dan mengembalikan mereka , hal ini amatlah mudah baginya.
Dan di antara tanda-tanda yang menunjukan kebesaran kekuasaanya ialah bahwa dia memperlihatkan pada kalian kilat , yang karenanya kalian merasa takut terhadap suara gemuruh yang timbul darinya, dan sekaigus berharap akan hujan yang diakibatkannya turun dari langit. Karena dengan air hujan itu yang tadinya bumi tandus tiada tanaman dan pepohonan dengannya akan menjadi hidup subur.
Sesungguhnya didalam hal-hal yang telah disebutkan tadi benar benar terdapat bukti-bukti yang pasti dan dalil yang jelas bagi adanya hari berbangkit dan ghari kiamat. Karena sesungguhnya bumi yang tandus , tiada tanaman, dan pohon-pepohonan padanya, bila ia kedatangan air maka ia akan menjadi gembur dan subur, Serta dapat menumbuhkan berbagai macam dan jenis tumbuhan yang tampak indah. Di dalam hal tersebut benar-benar terdapat gambaran yang jelas dan dalil yang terang adanya kekuasan Allah yang menghidupkan. Bahwa dia mampu untukl menghidupkan kembali makhluk semuanya sesudah mereka mati, yaitu disaat semua manusia di bangunkan kembali untuk mmenghadap kepada Tuhan seneta alam.
Dan di antara hujjah-hujjah yang menunjukan Kekuasan-Nya Yang mampu membuktikan apa yang di kehendaki-Nya yakni tegaknya bumi dan langit tanpa tiang penyangga, tetapi yang menyebabkan ia tegak ialah ditegakan oleh-Nya dan Pengaturan-Nya. Bumi beputar dab awan berjalan di sekitarnya serta Udara (oksigen) selalu mengikuti peredaranya. Bulan dan bintang-bintang yang beredar semuanya beredar di sekeliling Matahari pada garis edar masing-masing. Dan matahari berikut planet-planet yang semuanya beredar disekeliling planet-planet lainya yang tidak kita ketahui melainkan melalui hasil penyeleidikan ilmiah yang terbatas itu.
Segala sesuatunya bejalan seperti itu, hinggah masa berlakunya tatanan dunia ini habis, pada saat itu akan kacaulah tatanan alam, lalu bumi ini diganti dengan bumi yang lain, gunung-gunung akan hancur lebur, Dan pada saat itu kalaian akan keluar dari kubur kalian denagn segera, yaitu sewaktu Penyeru (Malaikat Israfi) memanggil kalian untuk hidup kembali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ma’rifatullah yaitu berasal dari kata ma’rifah dan Allah. Ma’rifah berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaranNya (ayat-ayatNya). Mengenal Allah merupakan tahapan penting perjalanan diri Manusia. Salah satu Hadis yang terkenal dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. adalah "Man 'Arofa nafsahu, Faqod Arofa Robbahu" Artinya "Barang siapa mengenal dirinya maka, ia akan mengenal Tuhannnya".
Beberapa langkah praktis yang bisa kita lakukan untuk dapat mengenal Allah Adalah:
1. Menyadari bahwa diri kita adalah yang diciptakan.
2. Kalau kita (manusia) diciptakan berarti ada yang menciptakan (Allah).
3. Kalau kita (manusia) diatur berarti ada yang mengatur (Allah).
4. Kalau kita diberi berarti ada yang member.
5. Karena kita diberi maka kita harus berteima kasih.
6. Cara paling mudah dalam berterima kasih adalah selalu mengingat yang memberi.
Kita bisa pilih semua cara diatas atau pilih salah satu cara dan lakukan dengan rutin dan teratur, insya Allah semua akan menjadi lebih baik. Dapat menjalankan ibadah dengan khusu dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nata, Abuddin.2009.Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.Jakarta:Rajawali Pers.
2. Al-Maraghi,Ahmad Musthafa.1989.Terjemah Tafsir Al-Maraghi 21.Semarang:Karya Toha Putra.
3. Al-Maraghi,Ahmad Musthafa.1986.Terjemah Tafsir Al-Maraghi 28.Semarang:Toha Putra.
4. http://adisuryadi-pendidikan.blogspot.com/2011/06/makalah-mariafatullah.html
5. http://tafsiralazhar.net46.net/myfile/S-Al-hasyr/Al-hasyr-22-24.htm
6. http://www.al-ikhwan.com/tauhid-al-asma-wa-ash-shifat-tauhid-al-asma-waal-sifattauhid-asma-wa-sifat-664.htmn
7. http://zahroatuz.blogspot.com/2012/05/makalah-tafsir-mengenal-allah-swt_10.html.