Asal Usul Manusia
Tafsir Surat Al-Alaq ayat 1-19 dan Al-Mu'minun ayat 12-17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia karena diangkat sebagai khalifah Allah yang bertugas untuk memakmurkan bumi atas dasar ketakwaan. Manusia yang terdiri dari tubuh, akal, dan ruh, juga mempunyai asal-usul yang diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq, Al-Mu’minun, dan beberapa surat lain serta dalam beberapa hadis. Kemudian, Al-Qur’an menginformasikan bahwa ada dua macam proses penciptaan manusia yaitu penciptaan secara primordial, yaitu berkaitan dengan penciptaan manusia pertama yakni Adam as, dan penciptaan seluruh manusia sebagai generasi Adam as.[1]
Kita sebagai mahasiswa harus mengetahui bagaimana asal-usul manusia yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadist, kemudian dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara menghubungkannya dengan jenis ilmu yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Asbabunuzul surat Al-Alaq dan Al-Mu’minun?
2. Bagaimanakah penjelasan surat Al-Alaq dan Al-Mu’minun?
3. Apakah ada ayat ddan hadist lain yang menjelaskan asal-usul manusia?
4. Bagaimana Kandungan Ayat dan Hadits yang menjelaskan tentang asal-usul manusia?
C. Tujuan Pembahasan
1. Menambah pengetahuan kita tentang asal-usul manusia dan prosesnya dalam kandungan.
2. Memberikan informasi kepada pembaca bahwa banyak ayat Al-Qur’an dan hadist yang menjelaskan asal-usul manusia selain Al-Alaq dan AL-Mu’minun.
3. Membuat kita selalu bersyukur dan selalu menghargai sesama manusia walaupun berbeda ras, warna kulit, suku, dan budaya karena asal kita punya asal yang sama yaitu dari tanah.
4. Sebagai sumber untuk pengarang yang akan membuat karya tulis yang berhubungan dengan asal-usul manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asbabunuzul Surat Al-Alaq dan Al-Mu’minun.
1. Asbabunuzul Surah Al-Alaq
Surat Al-Alaq terdiri atas 19 ayat, diturunkan di Mekah (Makkiyah). Dalam surat Al-Alaq ini dibicarakan tentang penciptaan manusia dari Al-Alaq (segumpal darah) hingga nasibnya di akhirat nanti. Sehingga surat Al-‘Alaq ini tidak ubahnya seperti Al-syarh wa Al-bayan (penjelasan dan keterangan). Ayat pertama sampai kelima adalah ayat yang diturunkan pertama kali oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw, yaitu pada waktu ia berkhulwat di gua Hira’.
Asbabunuzulnya adalah adanya problema aktual yang dihadapi ummat yang menjadi sebab umat tersebut jatuh kedalam lubang jahiliyah, yaitu :
1) Karena mereka menyekutukan Tuhan (syirik);
2) Karena mereka tidak mengetahui tentag siapa dirinya dan apa tugas yang harus dilakukan;
3) Karena mereka membiarkan dirinya berada dalam kebodohan.[2]
2. Asbabun Nuzul Surah Al-Mu’minun.
Surat Al-Mu’minun diturunkan Allah SWT untuk mengingatkan orang-orang musyrikin yang ingkar dan sombong tentang apa yang mereka ciptakan, agar mereka mengetahui asal-usul mereka yang berasal dari tanah : Barang siapa yang mengingkari hal ini, sungguh ia telah kufur terhadap pengkabaran dari Allah SWT.[3]
B. Penjelasan Asal-usul Manusia dari Surat Al-Alaq dan Surah Al-Mu’minun.
1. Surat Al-Alaq (49: 1-19)[4]
ù&tø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/u‘ur ãPtø.F{$# ÇÌÈ “Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ Hxx. ¨bÎ) z`»|¡SM}$# #ÓxöôÜuŠs9 ÇÏÈ br& çn#u䧑 #Óo_øótGó™$# ÇÐÈ ¨bÎ) 4’n<Î) y7În/u‘ #Ótëô_”9$# ÇÑÈ |M÷ƒuäu‘r& “Ï%©!$# 4‘sS÷Ztƒ ÇÒÈ #´‰ö7tã #sŒÎ) #’©?|¹ ÇÊÉÈ |M÷ƒuäu‘r& bÎ) tb%x. ’n?tã #“y‰çlù;$# ÇÊÊÈ ÷rr& ttBr& #“uqø)G9$$Î/ ÇÊËÈ |M÷ƒuäu‘r& bÎ) z>¤‹x. #’¯<uqs?ur ÇÊÌÈ óOs9r& Ls>÷ètƒ ¨br'Î/ ©!$# 3“ttƒ ÇÊÍÈ žxx. ûÍ.s! óO©9 ÏmtG^tƒ $Jèxÿó¡oYs9 ÏpuŠÏ¹$¨Z9$$Î/ ÇÊÎÈ 7puŠÏ¹$tR >pt/É‹»x. 7py¥ÏÛ%s{ ÇÊÏÈ äíô‰u‹ù=sù ¼çmtƒÏŠ$tR ÇÊÐÈ äíô‰uZy™ spu‹ÏR$t/¨“9$# ÇÊÑÈ žxx. Ÿw çm÷èÏÜè? ô‰ßÚó™$#ur >ÎŽtIø%$#ur ) ÇÊÒÈ
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, Karena dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya Hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu). Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, Seorang hamba ketika mengerjakan shalat, Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? Tidaklah dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka Biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak kami akan memanggil malaikat Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).
Penjelasan ayat :
* Ayat pertama : Secara harfiah kata qara’ berarti menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan yang lain dan membentuk bacaan, sedangkan menurut Al-Maraqhi secara harfiah ayat tersebut dapat diartikan jadilah engkau seorang yang dapat membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu, walaupun sebelumnya engkau tidak melakukannya. Mengandung perintah agar manusia memiliki keimanan. Ayat pertama ini sangat erat dengan objek, sasaran dan tujuan pendidikan.
* Ayat kedua : Secara harfiah Al-Alaq berarti darah beku. Menurut Al-Maraqhi, ayat tersebut menjelaskan bahwa Dialah Allah (Allah) yang menjadikan manusia dari segumpal darah menjadi makhluk yang paling mulia, dan selanjutnya Allah memberikan potensi (al-Qudrah) untuk berasimilasi dengan segala sesuatu yang ada di alam jagad raya yang selanjutnya bergerak dengan kekuasaan-Nya, sehingga ia menjadi makhluk yang paling sempurna, dan dapat menguasai bumi dengan segala isinya.
* Ayat ketiga : Menurut Al-Malaqhi, pengulangan kata Iqra’ didasarkan bahwa membaca tidak akan membekas dalam jiwa kecuali dengan di ulan-ulang dan membiasakannya, kata iqra’ memiliki arti sangat luas seperti mengenali, mengidentifikasi, mengklasifikasi, membandingkan, menganalisa, menyimpulkan dan membuktikan. Semua terkait proses mendapatkan dan memindahkan ilmu.
* Ayat ke 4 & 5 : Kata Al-Qalam seperti dikemukakan Al-Raqhib Al-Asfahani berarti potongan dari sesuatu yang agak keras seperti kuku dan kayu yang secara khusus yang digunakan untuk menulis, sedangkan dalam tafsir Al-Maraqhi ayat tersebut menjelaskan bahwa dialah Allah yang menjadikan qalam sebagai media yang digunakan manusia untuk memahami sesuatu sebagaimana mereka memahami melalui ucapan.
* Ayat ke 6 – 13 : Menjelaskan sifat-sifat negatif manusia yaitu : melampaui batas taqha atau cyatqha, merasa diri sudah cukup (istiqhna) merasa tak membutuhkan lagi bantuan orang lain, dan menghalangi orang lain berbuat baaik (yanha).
* Ayat ke 14 – 19 : Berbicara tentang kekuasaan Allah dan balasan-Nya yang akan ditimpahkan Allah SWT kepada orang-orang yang berbuat jahat, Allah SWT mengetahui segala perbuatan yang dilakukan manusia, mereka yang melakukan perbuatan yang buruk akan mendapatkan azab dari Allah yang ditugaskan kepada malaikat Jabaniah.[5]
Wallahu A'lam Bishawab.
2. Surat Al-Mu’minun (23:12 – 17)[6]
ô‰s)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß™ `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR ’Îû 9‘#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜ‘Z9$# Zps)n=tæ $uZø)n=y‚sù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=y‚sù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u‘$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ §NèO /ä3¯RÎ) y‰÷èt/ y7Ï9ºsŒ tbqçFÍh‹yJs9 ÇÊÎÈ ¢OèO ö/ä3¯RÎ) tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# šcqèWyèö7è? ÇÊÏÈ ô‰s)s9ur $oYø)n=yz óOä3s%öqsù yìö7y™ t,ͬ!#tsÛ $tBur $¨Zä. Ç`tã È,ù=sƒø:$# tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐÈ
Artinya : Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit); dan kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).
Penjelasan ayat :
Ayat diatas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia mulai dari sari pati yang (berasal) dari tanah ('s#»n=ß™), yaitu makanan. Kemudian sari-sari makanan menjadi (pxÿôÜçR) air mani. Yang tumbuh dalam rahim setelah bertemu sel telur. Kemudian (pxÿôÜ‘Z9$#) air mani tumbuh menjadi (ps)n=tæ) segumpal darah. Kemudian menjadi segumpal daging (ptóôÒãB), kemudian menjadi tulang-belulang ($VJ»sàÏã) lalu dibungkus dengan daging dan akhirnya menjadi bentuk manusia.Wallahu A'lam Bishawab.
C. Kandungan Surah Al-Alaq dan Al-Mu’minun Dengan Nilai Pendidikan
a. Kandungan Surah Al-Alaq.
Ø Ayat ke-1:
Ayat ini mengandung perintah agar mamusia memiliki keimanan, yaitu berupa keyakinan terhadap adanya kekuasaan dan kehendak Allah, juga mengandung pesan ontologis tentang sumber ilmu pengetahuan. Ayat-ayat Allah terdiri dari yang tertulis (Al-Qurán), tidak tertulis (keadaan jagat raya), dan yang ada pada diri manusia. Dari berbagai ayat tersebut jika telaah secara cermat, diobseravasi, diidentifikasi, dikategorikan, dibandingkan, dianalisa, dan disimpulkan dapat menghasilkan ilmu pengetahuan.[7] Membaca ayat-ayat Allah didalam Al-Qurán dapat menghasilkan ilmu agama Islam seperti; Fiqh, Tauhid, Akhlak dsb. Membaca ayat-ayat Allah yang ada di jagat raya dapat menghasilkan sains seperti Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi, Geologi, Botani, dsb. Selanjutnya membaca ayat-ayat Allah yang ada pada diri manusia dari segi fisiknya menghasilkan ilmu kedokteran, ilmu tentang raga, dan dari segi tingkah lakunya menghasilkan ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, dsb. Pemanfaatan ilmu-ilmu tersebut harus ditujukan dengan mendekatkan diri dan terus beribadah kepada Allah SWT.
Ø Ayat ke- 2:
Ayat kedua ini mengandung informasi tentang pentingnya memahami asal-usul proses dan kejadian manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Untuk itu kesadaran manusia dapat timbul dalamn dirinya agar kelak diakhirat kita dapat mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita selama didunia. Dalam ayat ini juga dapat kita rumuskan tujusn pendidikan yaitu, adalah upaya membina jasmani dan rohani manusia dengan segenap potensi yang ada pada keduanya secara seimbang sehingga dapat melahirkan manusia yang seutuhnya. Pelajaran agama misalnya untuk ditujukan untuk membina sikap keberagaman, pelajaran matematika ditujukan untuk membina potensi berpikir, pelajaran sejarah ditujukan untuk membina potensi bermasyarakat,dsb.
Ø Ayat ke- 3:
Dalam ayat ketiga ini mengandung arti tentang mengenali, mengidentifikasi, mengklasifikasi, membandingkan, menganalisa, menyimpulkan, membina, dan membuktikan. Dengan demikian ayat ini erat kaitannya dengan metode pendidikan. Sebagaimana halnya dijumpai pada metode Iqra dengan sifat Tuhan yang Maha Mulia.
Ø Ayat ke- 4 & 5:
Didalam ayat ini mengandung pengertian tentang al-qalam yaitu sesuatu yang agak keras seperti kuku dan kayu, yang secara khusus digunakan untuk menulis. Menurut Al-Maraghi al-qalam adalah dan alat yang keras yang tidak mengandung unsur kehidupan, dan tidak pula mengandung unsur pemahaman. Maksudnya disini ialah al-qalam adalah sesuatu yang bias digunakan oleh manusia untuk mengetahui atau mengembangkan ilmu pengetahuan dengan mudah melalaui al-qalam tersebut. Jadi al-qalam adalah alat-alat yang digunakan untuk menyimpan sesuatu, misal pada perkembangan saat ini yaitu alat pemotret berupa kamera, alat penyimpan data berupa komputer, alat perekam berupa recording, mikro film, video compact disc (VCD), dll. Berupa alat yang dapat menunjang pendidikan.
Ø Ayat ke- 6-13:
Pada ayat ini berisi tentang asal-usul kejadian manusia beserta sebagian sifat-sifatnya yang negatif. Penjelasan ini sangat membantu dalam rangka merumsukan tujuan, materi dan metode pendidikan. Berdasarkan kandungan pada surat ini tujuan pendidikan Islam nya yaitu manusia harus diarahkan untuk memilki kesadaran dan tanggung jawab sebagai makhluk yang selalu harus beribadah kepada Allah SWT dan mempertanggungjawabkan perbuatannya di akhirat kelak. Untuk itu manusia harus dididik dengan menggunakan kurikulum yang komprehensif, yaitu kurikulum yang tidak hanya memuat materi pendidikan agama, tetapi harus memuat materi pendidikan umum. Karna pendidikan agama dan pendidikan umum sama-sama dibutuhkan oleh manusia.
Ø Ayat ke- 14-19:
Pada pada ayat ke 14-19 ini berisi tentang kekuasaan Allah, yaitu bahwasannya Ia Berkuasa untuk menciptakan manusia, serta memberikan nikmat dan karunia berupa memberikan kemampuan membaca kepada Nabi Muhammad SAW, walaupun sebelumnya Beliau belum pernah belajar membaca. Selain itu sifat Allah yang Maha Melihat terhadap segala sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia serta Allah berhak memberikan balasan yang setimpal sesuai dengan perbuatan manusia tersebut. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan tentang Pendidikan yaitu merumuskan tujuan pendidikan, yaitu agar manusia senantiasa menyadari dirinya sebagai ciptaan Allah yang harus patuh dan tunduk pada-Nya.
b. Kandungan Surah Al-Mu’minun.
Pada ayat 12-17 ini menjelaskan tentang terbuktinya dengan apa yang dijelaskan berdasarkan analisis ilmu pengetahuan. Namun yang terpenting dari itu bukanlah terletak dari ajaran al-Qurán dengan ilmu pengetahuan, tetapi yang terpenting adalah timbulnya kesadaran pada diri manusia, bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Allah SWT dan selanjutnya harus bertanggungjawab atas perbuatannya kelak diakhirat. Kesadaran ini selanjutnya diharapkan dapat menimbulkan sikap merasa sama dengan manusia lainnya (egaliter), rendah hati, bertanggung jawab, beribadah, dan beramal shaleh. Menurut H.M. Quraish Shihab, manusia memiliki potensi selain unsur fisik, yaitu unsur ilahiyah (ruh ilahiyah) yang dihembuskan Tuhan pada saat bayi berusia 40 hari didalam kandungan. Perpaduan unsur fisik-jasmaniyah dengan unsur psikis-rohaniah inilah yang selanjutnya membentuk manusia. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa manusia dianugerahi potensi jasmaniah pancaindera berupa penglihatan, pendengaran, penciuman, dan peradaban; dan potensi rohaniah berupa, dorongan, naluri dan klecenderungan seperti kecenderungan beragama, bermasyarakat, memiliki harta, penghargaan, kedudukan, pengetahuan, dan teman hidup lawan jenis. Pemahaman yang komprehensif tentang manusia ini disepakati oleh para ahli didik sebagai hal yang amat penting dalam rangka merumuskan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan rumusan tujuan pendidikan, materi pendidikan, dan metode pendidikan. Dengan demikian kita dapat merumuskan tujuan pendidikan dengan ungkapan bahwa pendidikan adalah upaya membina jasmani dan rohani manusia dengan segenap potensi yang ada pada keduanya secara seimbang sehingga dapat melahirkan manusia yang seutuhnya.
D. Ayat dan Hadist yang Berhubungan atau Membahas Asal-usul Manusia
1. Q.S Al-Hijr (15:28)[8]
øŒÎ)ur tA$s% y7•/u‘ Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ’ÎoTÎ) 7,Î=»yz #\t±o0 `ÏiB 9@»|Áù=|¹ ô`ÏiB :*yJym 5bqãZó¡¨B ÇËÑÈ
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Penjelasan ayat :
Dalam ayat ini dijelaskan ketika Allah berkata pada malaikat ingin menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk sehingga sudah jelas bahwa asal-usul dalam proses penciptaan manusia pertama dari tanah.Wallahu A'lam Bishawab
2. Hadits tentang penciptaan Nabi Adam as. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Musa, dari Nabi saw, beliau bersabda :
اِنَّ اللهَ خَلَقَ اَدَمَ مِنْ قَبْضَةٍقَبَضَهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلأَرْضِ، فَجَاءَ بَنُوْ أَدَمَ عَلَي قَدَرِ اْلأَرْضِ جَاءَ مِنْهُمُ اْلأَحْمَرُ وَ اْلأَبْيَضُ وَ اْلأَسْوَدُ وَ بَيْنَ ذَلِكَ وَ اْلخَبِيْثُ وَ اْلطَّيِبُ وَ بَيْنَ ذَلِكَ (رواه أحمد)
Artinya : Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bumi. Maka manusia pun tampil sesuai dengan kondisi tanah yang menjadi asal mereka. Maka diantara mereka ada yang berkulit merah, putih, hitam dan (pencampuran) antara warna itu, yang buruk, yang baik dan (pencampuran antara itu). (H.R Rahmad)[9]
3. Penjelasan : Dalam hadits ini dijelaskan bahwa umat manusia keturunan Nabi Adam bermacam-macam warnanya sesuai dengan darimana sal mereka diciptakan. Sehingga umat manusia harus menghargai satu sama lain karena kita semua sama dihadapan Allah kecuali ketakwaan kita.
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
[رواه البخاري ومسلم]
Artinya : Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud r.a, dia berkata, “Rasulullah SAW menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan,’sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaanya di dalam perur ibunya sebagai setetes mani selama 40 hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama 40 hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan kepadanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : rezeki, ajal, amal, selainNya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surgA hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta, akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka, maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta, akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga, maka masuklah dia ke dalam surga’”(HR. Bukhari dan Muslim)[10]
Penjelasan hadist :
a. Dalam hadits ini terdapat beberapa faedah, diantaranya penjelasan tentang perkembangan penciptaan manusia dalam perut ibunya, yaitu melalui empat tahap yaitu :
1. Masa menjadi nutfah selama 40 hari.
2. Masa menjadi segumpal darah selama 40 hari.
3. Masa menjadi segumpal daging selama 40 hari.
4. Perkembangan janin setelah ditiupkan roh.[11]
b. Secara explist dari hadits diatas tertangkap infomasi bahwa roh ditiupkan kedalam janin setelah 40 hari ketiga atau setelah kehamilan beruia 120 hari. Sementara dalam Al-qur’an dengan kata khalaqan al-ruh fih menunjukkan bahwa proses pembentukan manusia sudah berakhir saat roh ditiupkan kedalam janin. Setelah itu, janin tersebut makhluk lain yang secara substansral telah memiliki akal dan raga.[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam surat Al-Alaq menjelaskan bahwa asal-usul kejadian manusia sedangkan dalam surat Al-Mu’minuun dijelaskan proses terbentuknya manusia didalam rahim ibu.
Dalam surat Al-Alaq dapat diambil kesimpulan :
1. Berisi penjelasan tentang asal-usul kejadian manusia beserta sebagian sifat-sifatnya yang negatif.
2. Berisi penjelasan tentang kekuasaan Allah, yaitu bahwasannya Allah berkuasa menciptakan manusia, serta memberi nikmat dan karunia berupa memberikan kemampuan membaca pada Nabi Muhammad saw.
3. Berisi penjelasan tentang perintah membaca kepada Nabi Muhammad saw dalam arti seluas-luasnya.
4. Berisi penjelasan tentang perlunya alat dalam melakukan kegiatan, seperti halnya kalam yang diperlukan bagi upaya pengembangan dan pemeliharaan ilmu.[13]
Dalam surat Al-Mu’minun dapat diambil kesimpulan : Manusia berasal dari sari pati tanah kemudian menjadi air mani lalu menjadi segumpal darah dan segumpal darah menjadi segumpal daging, kemudian menjadi tulang-belulang yang dibungkus dengan daging.
B. Saran
* Sebagai seorang mahasiswa dan makhluk ciptaan Allah kita wajib mencari tahu bagaimana asal-usul kita, agar kita dapat menjadi orang yang selalu bersyukur dan menerima keanekaragaman alam kehidupan kita karena kita diciptakan dari asal yang sama.
* Sebaiknya perpustakaan STAIN Zawiyah Cot Kala lebih banyak menyediakan buku-buku tafsir agar dapat menjadi sumber referensi dan bacaan.
* Sebaiknya kita sebagai mahasiswa harus lebih banyak membaca buku-buku tafsir dan mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Juliandi, Budi. 2011. Fiqh Konteemporer. Bandung : Cita Pustaka Media Perintis.
Mahali, A. Mudjab. 2002. Asbabun Nuzul, Studi Pendalaman Al-Qur’an. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Nata, Abudin. 2009. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat At-Tarbawy). Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Zainuddin, dan Mohd. Nasir. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Citapustaka Media Perintis.
http : //ayat2 kehidupan.blogspot.com/2009/02/al-mukminun-ayat-12-14, html?m = 1 (diakses pada 26-09-2012 pukul 16.00)
[1] Zainuddin dan Moh. Nasir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis, 2010), hal. 31-32
[2] Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat At-Tarbawy), (Jakarta : Rajawali Pers, 2009), hal. 39-41
[3] http : //ayat2 kehidupan.blogspot.com/2009/02/al-mukminun-ayat-12-14, html?m = 1
[4] QS. Al-Alaq; 49: 1-19
[5] Abuddin Nata, Ibid, hal. 43-51
[6] QS. Al-Mu’minuun, 23: 12-17
[7] A. Baiquni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, (Bandung: Mizan, 1988), cet.1, hal: 34.
[8] QS. Al-Hajr, 15:28
[9] A. Mudjab Mahali, Asbabunuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 600
[10] Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsmain, Syarah Hadits 40, (Jakarta : Embun Litera, 2010), hal. 52-55
[11] Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin, Ibid, hal. 52-55
[12] Budi Juliandi, Fiqh Kontemporer, (Bandung : Cita Pustaka Media Perintis, 2011), hal. 136
[13] Abuddin Nata, Ibid, hal. 51-53
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia karena diangkat sebagai khalifah Allah yang bertugas untuk memakmurkan bumi atas dasar ketakwaan. Manusia yang terdiri dari tubuh, akal, dan ruh, juga mempunyai asal-usul yang diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq, Al-Mu’minun, dan beberapa surat lain serta dalam beberapa hadis. Kemudian, Al-Qur’an menginformasikan bahwa ada dua macam proses penciptaan manusia yaitu penciptaan secara primordial, yaitu berkaitan dengan penciptaan manusia pertama yakni Adam as, dan penciptaan seluruh manusia sebagai generasi Adam as.[1]
Kita sebagai mahasiswa harus mengetahui bagaimana asal-usul manusia yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadist, kemudian dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara menghubungkannya dengan jenis ilmu yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Asbabunuzul surat Al-Alaq dan Al-Mu’minun?
2. Bagaimanakah penjelasan surat Al-Alaq dan Al-Mu’minun?
3. Apakah ada ayat ddan hadist lain yang menjelaskan asal-usul manusia?
4. Bagaimana Kandungan Ayat dan Hadits yang menjelaskan tentang asal-usul manusia?
C. Tujuan Pembahasan
1. Menambah pengetahuan kita tentang asal-usul manusia dan prosesnya dalam kandungan.
2. Memberikan informasi kepada pembaca bahwa banyak ayat Al-Qur’an dan hadist yang menjelaskan asal-usul manusia selain Al-Alaq dan AL-Mu’minun.
3. Membuat kita selalu bersyukur dan selalu menghargai sesama manusia walaupun berbeda ras, warna kulit, suku, dan budaya karena asal kita punya asal yang sama yaitu dari tanah.
4. Sebagai sumber untuk pengarang yang akan membuat karya tulis yang berhubungan dengan asal-usul manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asbabunuzul Surat Al-Alaq dan Al-Mu’minun.
1. Asbabunuzul Surah Al-Alaq
Surat Al-Alaq terdiri atas 19 ayat, diturunkan di Mekah (Makkiyah). Dalam surat Al-Alaq ini dibicarakan tentang penciptaan manusia dari Al-Alaq (segumpal darah) hingga nasibnya di akhirat nanti. Sehingga surat Al-‘Alaq ini tidak ubahnya seperti Al-syarh wa Al-bayan (penjelasan dan keterangan). Ayat pertama sampai kelima adalah ayat yang diturunkan pertama kali oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw, yaitu pada waktu ia berkhulwat di gua Hira’.
Asbabunuzulnya adalah adanya problema aktual yang dihadapi ummat yang menjadi sebab umat tersebut jatuh kedalam lubang jahiliyah, yaitu :
1) Karena mereka menyekutukan Tuhan (syirik);
2) Karena mereka tidak mengetahui tentag siapa dirinya dan apa tugas yang harus dilakukan;
3) Karena mereka membiarkan dirinya berada dalam kebodohan.[2]
2. Asbabun Nuzul Surah Al-Mu’minun.
Surat Al-Mu’minun diturunkan Allah SWT untuk mengingatkan orang-orang musyrikin yang ingkar dan sombong tentang apa yang mereka ciptakan, agar mereka mengetahui asal-usul mereka yang berasal dari tanah : Barang siapa yang mengingkari hal ini, sungguh ia telah kufur terhadap pengkabaran dari Allah SWT.[3]
B. Penjelasan Asal-usul Manusia dari Surat Al-Alaq dan Surah Al-Mu’minun.
1. Surat Al-Alaq (49: 1-19)[4]
ù&tø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/u‘ur ãPtø.F{$# ÇÌÈ “Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ Hxx. ¨bÎ) z`»|¡SM}$# #ÓxöôÜuŠs9 ÇÏÈ br& çn#u䧑 #Óo_øótGó™$# ÇÐÈ ¨bÎ) 4’n<Î) y7În/u‘ #Ótëô_”9$# ÇÑÈ |M÷ƒuäu‘r& “Ï%©!$# 4‘sS÷Ztƒ ÇÒÈ #´‰ö7tã #sŒÎ) #’©?|¹ ÇÊÉÈ |M÷ƒuäu‘r& bÎ) tb%x. ’n?tã #“y‰çlù;$# ÇÊÊÈ ÷rr& ttBr& #“uqø)G9$$Î/ ÇÊËÈ |M÷ƒuäu‘r& bÎ) z>¤‹x. #’¯<uqs?ur ÇÊÌÈ óOs9r& Ls>÷ètƒ ¨br'Î/ ©!$# 3“ttƒ ÇÊÍÈ žxx. ûÍ.s! óO©9 ÏmtG^tƒ $Jèxÿó¡oYs9 ÏpuŠÏ¹$¨Z9$$Î/ ÇÊÎÈ 7puŠÏ¹$tR >pt/É‹»x. 7py¥ÏÛ%s{ ÇÊÏÈ äíô‰u‹ù=sù ¼çmtƒÏŠ$tR ÇÊÐÈ äíô‰uZy™ spu‹ÏR$t/¨“9$# ÇÊÑÈ žxx. Ÿw çm÷èÏÜè? ô‰ßÚó™$#ur >ÎŽtIø%$#ur ) ÇÊÒÈ
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, Karena dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya Hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu). Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, Seorang hamba ketika mengerjakan shalat, Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? Tidaklah dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka Biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak kami akan memanggil malaikat Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).
Penjelasan ayat :
* Ayat pertama : Secara harfiah kata qara’ berarti menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan yang lain dan membentuk bacaan, sedangkan menurut Al-Maraqhi secara harfiah ayat tersebut dapat diartikan jadilah engkau seorang yang dapat membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu, walaupun sebelumnya engkau tidak melakukannya. Mengandung perintah agar manusia memiliki keimanan. Ayat pertama ini sangat erat dengan objek, sasaran dan tujuan pendidikan.
* Ayat kedua : Secara harfiah Al-Alaq berarti darah beku. Menurut Al-Maraqhi, ayat tersebut menjelaskan bahwa Dialah Allah (Allah) yang menjadikan manusia dari segumpal darah menjadi makhluk yang paling mulia, dan selanjutnya Allah memberikan potensi (al-Qudrah) untuk berasimilasi dengan segala sesuatu yang ada di alam jagad raya yang selanjutnya bergerak dengan kekuasaan-Nya, sehingga ia menjadi makhluk yang paling sempurna, dan dapat menguasai bumi dengan segala isinya.
* Ayat ketiga : Menurut Al-Malaqhi, pengulangan kata Iqra’ didasarkan bahwa membaca tidak akan membekas dalam jiwa kecuali dengan di ulan-ulang dan membiasakannya, kata iqra’ memiliki arti sangat luas seperti mengenali, mengidentifikasi, mengklasifikasi, membandingkan, menganalisa, menyimpulkan dan membuktikan. Semua terkait proses mendapatkan dan memindahkan ilmu.
* Ayat ke 4 & 5 : Kata Al-Qalam seperti dikemukakan Al-Raqhib Al-Asfahani berarti potongan dari sesuatu yang agak keras seperti kuku dan kayu yang secara khusus yang digunakan untuk menulis, sedangkan dalam tafsir Al-Maraqhi ayat tersebut menjelaskan bahwa dialah Allah yang menjadikan qalam sebagai media yang digunakan manusia untuk memahami sesuatu sebagaimana mereka memahami melalui ucapan.
* Ayat ke 6 – 13 : Menjelaskan sifat-sifat negatif manusia yaitu : melampaui batas taqha atau cyatqha, merasa diri sudah cukup (istiqhna) merasa tak membutuhkan lagi bantuan orang lain, dan menghalangi orang lain berbuat baaik (yanha).
* Ayat ke 14 – 19 : Berbicara tentang kekuasaan Allah dan balasan-Nya yang akan ditimpahkan Allah SWT kepada orang-orang yang berbuat jahat, Allah SWT mengetahui segala perbuatan yang dilakukan manusia, mereka yang melakukan perbuatan yang buruk akan mendapatkan azab dari Allah yang ditugaskan kepada malaikat Jabaniah.[5]
Wallahu A'lam Bishawab.
2. Surat Al-Mu’minun (23:12 – 17)[6]
ô‰s)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß™ `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR ’Îû 9‘#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜ‘Z9$# Zps)n=tæ $uZø)n=y‚sù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=y‚sù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u‘$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ §NèO /ä3¯RÎ) y‰÷èt/ y7Ï9ºsŒ tbqçFÍh‹yJs9 ÇÊÎÈ ¢OèO ö/ä3¯RÎ) tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# šcqèWyèö7è? ÇÊÏÈ ô‰s)s9ur $oYø)n=yz óOä3s%öqsù yìö7y™ t,ͬ!#tsÛ $tBur $¨Zä. Ç`tã È,ù=sƒø:$# tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐÈ
Artinya : Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit); dan kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).
Penjelasan ayat :
Ayat diatas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia mulai dari sari pati yang (berasal) dari tanah ('s#»n=ß™), yaitu makanan. Kemudian sari-sari makanan menjadi (pxÿôÜçR) air mani. Yang tumbuh dalam rahim setelah bertemu sel telur. Kemudian (pxÿôÜ‘Z9$#) air mani tumbuh menjadi (ps)n=tæ) segumpal darah. Kemudian menjadi segumpal daging (ptóôÒãB), kemudian menjadi tulang-belulang ($VJ»sàÏã) lalu dibungkus dengan daging dan akhirnya menjadi bentuk manusia.Wallahu A'lam Bishawab.
C. Kandungan Surah Al-Alaq dan Al-Mu’minun Dengan Nilai Pendidikan
a. Kandungan Surah Al-Alaq.
Ø Ayat ke-1:
Ayat ini mengandung perintah agar mamusia memiliki keimanan, yaitu berupa keyakinan terhadap adanya kekuasaan dan kehendak Allah, juga mengandung pesan ontologis tentang sumber ilmu pengetahuan. Ayat-ayat Allah terdiri dari yang tertulis (Al-Qurán), tidak tertulis (keadaan jagat raya), dan yang ada pada diri manusia. Dari berbagai ayat tersebut jika telaah secara cermat, diobseravasi, diidentifikasi, dikategorikan, dibandingkan, dianalisa, dan disimpulkan dapat menghasilkan ilmu pengetahuan.[7] Membaca ayat-ayat Allah didalam Al-Qurán dapat menghasilkan ilmu agama Islam seperti; Fiqh, Tauhid, Akhlak dsb. Membaca ayat-ayat Allah yang ada di jagat raya dapat menghasilkan sains seperti Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi, Geologi, Botani, dsb. Selanjutnya membaca ayat-ayat Allah yang ada pada diri manusia dari segi fisiknya menghasilkan ilmu kedokteran, ilmu tentang raga, dan dari segi tingkah lakunya menghasilkan ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, dsb. Pemanfaatan ilmu-ilmu tersebut harus ditujukan dengan mendekatkan diri dan terus beribadah kepada Allah SWT.
Ø Ayat ke- 2:
Ayat kedua ini mengandung informasi tentang pentingnya memahami asal-usul proses dan kejadian manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Untuk itu kesadaran manusia dapat timbul dalamn dirinya agar kelak diakhirat kita dapat mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita selama didunia. Dalam ayat ini juga dapat kita rumuskan tujusn pendidikan yaitu, adalah upaya membina jasmani dan rohani manusia dengan segenap potensi yang ada pada keduanya secara seimbang sehingga dapat melahirkan manusia yang seutuhnya. Pelajaran agama misalnya untuk ditujukan untuk membina sikap keberagaman, pelajaran matematika ditujukan untuk membina potensi berpikir, pelajaran sejarah ditujukan untuk membina potensi bermasyarakat,dsb.
Ø Ayat ke- 3:
Dalam ayat ketiga ini mengandung arti tentang mengenali, mengidentifikasi, mengklasifikasi, membandingkan, menganalisa, menyimpulkan, membina, dan membuktikan. Dengan demikian ayat ini erat kaitannya dengan metode pendidikan. Sebagaimana halnya dijumpai pada metode Iqra dengan sifat Tuhan yang Maha Mulia.
Ø Ayat ke- 4 & 5:
Didalam ayat ini mengandung pengertian tentang al-qalam yaitu sesuatu yang agak keras seperti kuku dan kayu, yang secara khusus digunakan untuk menulis. Menurut Al-Maraghi al-qalam adalah dan alat yang keras yang tidak mengandung unsur kehidupan, dan tidak pula mengandung unsur pemahaman. Maksudnya disini ialah al-qalam adalah sesuatu yang bias digunakan oleh manusia untuk mengetahui atau mengembangkan ilmu pengetahuan dengan mudah melalaui al-qalam tersebut. Jadi al-qalam adalah alat-alat yang digunakan untuk menyimpan sesuatu, misal pada perkembangan saat ini yaitu alat pemotret berupa kamera, alat penyimpan data berupa komputer, alat perekam berupa recording, mikro film, video compact disc (VCD), dll. Berupa alat yang dapat menunjang pendidikan.
Ø Ayat ke- 6-13:
Pada ayat ini berisi tentang asal-usul kejadian manusia beserta sebagian sifat-sifatnya yang negatif. Penjelasan ini sangat membantu dalam rangka merumsukan tujuan, materi dan metode pendidikan. Berdasarkan kandungan pada surat ini tujuan pendidikan Islam nya yaitu manusia harus diarahkan untuk memilki kesadaran dan tanggung jawab sebagai makhluk yang selalu harus beribadah kepada Allah SWT dan mempertanggungjawabkan perbuatannya di akhirat kelak. Untuk itu manusia harus dididik dengan menggunakan kurikulum yang komprehensif, yaitu kurikulum yang tidak hanya memuat materi pendidikan agama, tetapi harus memuat materi pendidikan umum. Karna pendidikan agama dan pendidikan umum sama-sama dibutuhkan oleh manusia.
Ø Ayat ke- 14-19:
Pada pada ayat ke 14-19 ini berisi tentang kekuasaan Allah, yaitu bahwasannya Ia Berkuasa untuk menciptakan manusia, serta memberikan nikmat dan karunia berupa memberikan kemampuan membaca kepada Nabi Muhammad SAW, walaupun sebelumnya Beliau belum pernah belajar membaca. Selain itu sifat Allah yang Maha Melihat terhadap segala sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia serta Allah berhak memberikan balasan yang setimpal sesuai dengan perbuatan manusia tersebut. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan tentang Pendidikan yaitu merumuskan tujuan pendidikan, yaitu agar manusia senantiasa menyadari dirinya sebagai ciptaan Allah yang harus patuh dan tunduk pada-Nya.
b. Kandungan Surah Al-Mu’minun.
Pada ayat 12-17 ini menjelaskan tentang terbuktinya dengan apa yang dijelaskan berdasarkan analisis ilmu pengetahuan. Namun yang terpenting dari itu bukanlah terletak dari ajaran al-Qurán dengan ilmu pengetahuan, tetapi yang terpenting adalah timbulnya kesadaran pada diri manusia, bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Allah SWT dan selanjutnya harus bertanggungjawab atas perbuatannya kelak diakhirat. Kesadaran ini selanjutnya diharapkan dapat menimbulkan sikap merasa sama dengan manusia lainnya (egaliter), rendah hati, bertanggung jawab, beribadah, dan beramal shaleh. Menurut H.M. Quraish Shihab, manusia memiliki potensi selain unsur fisik, yaitu unsur ilahiyah (ruh ilahiyah) yang dihembuskan Tuhan pada saat bayi berusia 40 hari didalam kandungan. Perpaduan unsur fisik-jasmaniyah dengan unsur psikis-rohaniah inilah yang selanjutnya membentuk manusia. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa manusia dianugerahi potensi jasmaniah pancaindera berupa penglihatan, pendengaran, penciuman, dan peradaban; dan potensi rohaniah berupa, dorongan, naluri dan klecenderungan seperti kecenderungan beragama, bermasyarakat, memiliki harta, penghargaan, kedudukan, pengetahuan, dan teman hidup lawan jenis. Pemahaman yang komprehensif tentang manusia ini disepakati oleh para ahli didik sebagai hal yang amat penting dalam rangka merumuskan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan rumusan tujuan pendidikan, materi pendidikan, dan metode pendidikan. Dengan demikian kita dapat merumuskan tujuan pendidikan dengan ungkapan bahwa pendidikan adalah upaya membina jasmani dan rohani manusia dengan segenap potensi yang ada pada keduanya secara seimbang sehingga dapat melahirkan manusia yang seutuhnya.
D. Ayat dan Hadist yang Berhubungan atau Membahas Asal-usul Manusia
1. Q.S Al-Hijr (15:28)[8]
øŒÎ)ur tA$s% y7•/u‘ Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ’ÎoTÎ) 7,Î=»yz #\t±o0 `ÏiB 9@»|Áù=|¹ ô`ÏiB :*yJym 5bqãZó¡¨B ÇËÑÈ
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Penjelasan ayat :
Dalam ayat ini dijelaskan ketika Allah berkata pada malaikat ingin menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk sehingga sudah jelas bahwa asal-usul dalam proses penciptaan manusia pertama dari tanah.Wallahu A'lam Bishawab
2. Hadits tentang penciptaan Nabi Adam as. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Musa, dari Nabi saw, beliau bersabda :
اِنَّ اللهَ خَلَقَ اَدَمَ مِنْ قَبْضَةٍقَبَضَهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلأَرْضِ، فَجَاءَ بَنُوْ أَدَمَ عَلَي قَدَرِ اْلأَرْضِ جَاءَ مِنْهُمُ اْلأَحْمَرُ وَ اْلأَبْيَضُ وَ اْلأَسْوَدُ وَ بَيْنَ ذَلِكَ وَ اْلخَبِيْثُ وَ اْلطَّيِبُ وَ بَيْنَ ذَلِكَ (رواه أحمد)
Artinya : Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bumi. Maka manusia pun tampil sesuai dengan kondisi tanah yang menjadi asal mereka. Maka diantara mereka ada yang berkulit merah, putih, hitam dan (pencampuran) antara warna itu, yang buruk, yang baik dan (pencampuran antara itu). (H.R Rahmad)[9]
3. Penjelasan : Dalam hadits ini dijelaskan bahwa umat manusia keturunan Nabi Adam bermacam-macam warnanya sesuai dengan darimana sal mereka diciptakan. Sehingga umat manusia harus menghargai satu sama lain karena kita semua sama dihadapan Allah kecuali ketakwaan kita.
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
[رواه البخاري ومسلم]
Artinya : Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud r.a, dia berkata, “Rasulullah SAW menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan,’sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaanya di dalam perur ibunya sebagai setetes mani selama 40 hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama 40 hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan kepadanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : rezeki, ajal, amal, selainNya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surgA hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta, akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka, maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta, akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga, maka masuklah dia ke dalam surga’”(HR. Bukhari dan Muslim)[10]
Penjelasan hadist :
a. Dalam hadits ini terdapat beberapa faedah, diantaranya penjelasan tentang perkembangan penciptaan manusia dalam perut ibunya, yaitu melalui empat tahap yaitu :
1. Masa menjadi nutfah selama 40 hari.
2. Masa menjadi segumpal darah selama 40 hari.
3. Masa menjadi segumpal daging selama 40 hari.
4. Perkembangan janin setelah ditiupkan roh.[11]
b. Secara explist dari hadits diatas tertangkap infomasi bahwa roh ditiupkan kedalam janin setelah 40 hari ketiga atau setelah kehamilan beruia 120 hari. Sementara dalam Al-qur’an dengan kata khalaqan al-ruh fih menunjukkan bahwa proses pembentukan manusia sudah berakhir saat roh ditiupkan kedalam janin. Setelah itu, janin tersebut makhluk lain yang secara substansral telah memiliki akal dan raga.[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam surat Al-Alaq menjelaskan bahwa asal-usul kejadian manusia sedangkan dalam surat Al-Mu’minuun dijelaskan proses terbentuknya manusia didalam rahim ibu.
Dalam surat Al-Alaq dapat diambil kesimpulan :
1. Berisi penjelasan tentang asal-usul kejadian manusia beserta sebagian sifat-sifatnya yang negatif.
2. Berisi penjelasan tentang kekuasaan Allah, yaitu bahwasannya Allah berkuasa menciptakan manusia, serta memberi nikmat dan karunia berupa memberikan kemampuan membaca pada Nabi Muhammad saw.
3. Berisi penjelasan tentang perintah membaca kepada Nabi Muhammad saw dalam arti seluas-luasnya.
4. Berisi penjelasan tentang perlunya alat dalam melakukan kegiatan, seperti halnya kalam yang diperlukan bagi upaya pengembangan dan pemeliharaan ilmu.[13]
Dalam surat Al-Mu’minun dapat diambil kesimpulan : Manusia berasal dari sari pati tanah kemudian menjadi air mani lalu menjadi segumpal darah dan segumpal darah menjadi segumpal daging, kemudian menjadi tulang-belulang yang dibungkus dengan daging.
B. Saran
* Sebagai seorang mahasiswa dan makhluk ciptaan Allah kita wajib mencari tahu bagaimana asal-usul kita, agar kita dapat menjadi orang yang selalu bersyukur dan menerima keanekaragaman alam kehidupan kita karena kita diciptakan dari asal yang sama.
* Sebaiknya perpustakaan STAIN Zawiyah Cot Kala lebih banyak menyediakan buku-buku tafsir agar dapat menjadi sumber referensi dan bacaan.
* Sebaiknya kita sebagai mahasiswa harus lebih banyak membaca buku-buku tafsir dan mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Juliandi, Budi. 2011. Fiqh Konteemporer. Bandung : Cita Pustaka Media Perintis.
Mahali, A. Mudjab. 2002. Asbabun Nuzul, Studi Pendalaman Al-Qur’an. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Nata, Abudin. 2009. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat At-Tarbawy). Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Zainuddin, dan Mohd. Nasir. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Citapustaka Media Perintis.
http : //ayat2 kehidupan.blogspot.com/2009/02/al-mukminun-ayat-12-14, html?m = 1 (diakses pada 26-09-2012 pukul 16.00)
[1] Zainuddin dan Moh. Nasir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis, 2010), hal. 31-32
[2] Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat At-Tarbawy), (Jakarta : Rajawali Pers, 2009), hal. 39-41
[3] http : //ayat2 kehidupan.blogspot.com/2009/02/al-mukminun-ayat-12-14, html?m = 1
[4] QS. Al-Alaq; 49: 1-19
[5] Abuddin Nata, Ibid, hal. 43-51
[6] QS. Al-Mu’minuun, 23: 12-17
[7] A. Baiquni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, (Bandung: Mizan, 1988), cet.1, hal: 34.
[8] QS. Al-Hajr, 15:28
[9] A. Mudjab Mahali, Asbabunuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 600
[10] Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsmain, Syarah Hadits 40, (Jakarta : Embun Litera, 2010), hal. 52-55
[11] Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin, Ibid, hal. 52-55
[12] Budi Juliandi, Fiqh Kontemporer, (Bandung : Cita Pustaka Media Perintis, 2011), hal. 136
[13] Abuddin Nata, Ibid, hal. 51-53